-Twenty Three-

875 148 66
                                    

[Author POV]

Athanasia menghampiri pemuda bersurai hitam yang saat ini tengah mengeluarkan air mata sembari menatap sosok yang terbaring di atas ranjang.

Luis, Ayah kandung Lucas, tutup usia dikarenakan menyelamatkan anaknya yang nyaris tertabrak mobil.

Kala itu Luis tengah lari pagi. Ia tidak sengaja melihat anaknya yang sepertinya disuruh sang Ibu untuk membeli sesuatu ke warung. Namun dalam perjalanan pulang, Lucas tidak mendengar suara klakson mobil yang mengarah padanya. Luis berlari sekencang-kencangnya dan mendorong anaknya, menggantikan Lucas yang seharusnya tertabrak.

Luis sempat terseret beberapa meter hingga mobil yang remnya blong itu menabrak pagar rumah warga. Kepala pria itu terluka parah, hampir separuh wajahnya hancur. Sekujur tubuhnya juga dipenuhi oleh luka-luka. Dan tidak ada harapannya untuk tetap hidup.

Sampai sekarang Lucas masih menyalahkan dirinya atas kecerobohannya. Menangis tersedu-sedu melihat jasad sang Ayah yang mulai ditutupi selimut oleh sang dokter.

Athanasia merangkul pundak pemuda itu, mengusapnya lembut memberi kehangatan. Ikut merasakan sedih dan sakit yang dirasa pemuda itu.

Athanasia dapat melihat beberapa luka Lucas yang tidak parah di wajah dan lengannya. Mungkin karena pemuda itu terjatuh di aspal ketika sang Ayah mendorongnya.

Lelehan sebening kristal ikut jatuh dari pelupuk mata gadis itu.

Di sisi ranjang lainnya, terdapat Ibu Lucas dan adik Lucas yang ikut menangis. Tangis adiknya terdengar kencang dan menggema di setiap sudut ruangan, wajar saja karena ia masih kecil.

"M-maaf.. maaf.. maaf.. maafkan aku." Lucas tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf disertai air mata yang kian deras.

---

Lucas memeluk batu nisan itu dengan teramat erat. Entah sudah berapa lama ia menangis tanpa henti. Matanya membengkak dan wajahnya berantakan.

Athanasia setia menemani pemuda itu di sebelahnya. Merangkul, mengusap, memberi ketenangan.

Keluarga, teman dekat, tetangga turut hadir di pemakaman itu. Mendo'akan kepergian sosok Luis yang dikenal sangat baik dan sering membantu mereka.

Claude dan Diana pun ikut mendatangi pemakaman itu begitu mendapat kabar melalui pesan singkat dari anak semata wayangnya.

Tidak dapat dipungkiri tidak ada yang tidak sedih di sana. Mungkin beberapa terlihat tidak menangis, tetapi batin mereka merasakan sesak lantaran kehilangan pria itu.

Perlahan satu demi satu orang mulai kembali ke rumah mereka. Claude dan Diana juga, mereka masih memiliki urusan yang harus diselesaikan.

Ibu Lucas telah membujuk pemuda dengan surai hitam itu untuk pulang. Namun nampaknya Lucas masih belum mau beranjak. Alhasil ibu dan adik Lucas pulang lebih dulu. Menyisakan Lucas dan Athanasia berdua di hadapan makam itu.

"Hei..." Athanasia mencoba memanggil Lucas. Tidak ada sahutan dari pemuda itu.

Athanasia tau bahwasanya Lucas pasti merasa kehilangan dan sedih. Tapi jika begini terus bisa-bisa Lucas tidak mau pulang ke rumah. Athanasia khawatir. Pemuda itu tidak memikirkan dirinya sendiri dan masih terus menangis.

COUPLE [SIBAP Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang