-Five-

1.6K 242 35
                                    

Jam menunjukkan pukul 09.00 am. Waktunya jam pelajaran olahraga. Hari ini kelas 10A akan berenang untuk pengambilan nilai.

"Athy, ayo ke ruang ganti baju" ajak sepupu Athanasia yang tak lain dan tak bukan adalah Jennette.

Athanasia mengangguk dan mengambil paperbag berisi pakaian gantinya di laci meja. Setelah itu ia menyusul langkah kaki Jennette.

Kali ini Athanasia tidak akan bolos pelajaran dikarenakan dirinya memang menyukai renang.

Dari kejauhan Lucas terdiam menatap sahabatnya itu. Kalau urusan ganti baju pemuda ini tidak bisa membuntuti Athanasia. Ia harus sendirian lagi deh.

Lucas merasakan pundaknya di rangkul seseorang.

Ijekiel.

"Ayo ke ruang ganti!" Ucap Ijekiel dengan senyuman lebarnya.

Lucas menatap jijik pemuda bersurai keperakan itu. Menurutnya Ijekiel itu seperti seseorang yang sok kenal sok dekat.

Tapi karena Lucas tidak sedang ingin mencari masalah lebih baik ia menurut saja untuk mengikuti Ijekiel ke ruang ganti pria.

---

Seluruh murid kelas 10A sedang melakukan pemanasan sebelum berenang sembari menunggu kedatangan guru olahraga mereka.

Lucas melayangkan tatapan tajam kepada para lelaki yang diam-diam mencuri pandang pada Athanasia yang kini menggunakan pakaian renang.

Para lelaki itu bergidik ngeri dan memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain sebelum terjadi baku hantam di sekolah ini.

Priiiitt

Terdengar suara peluit. Semua pasang mata tertuju pada sumber suara. Rupanya itu adalah guru olahraga mereka.

"Halo anak-anak. Nama saya Anastacius, pengganti guru olahraga yang lama. Kalian bisa memanggil saya Pak Anas atau Pak Anastacius, senyamannya saja"

Kalian tidak salah baca kok:)
Guru olahraga itu adalah Anastacius, Ayah kandung Jennette.

Keluarga Alger memanglah keluarga yang kaya dan memiliki banyak perusahaan dalam berbagai bidang.

Anastacius tidak pernah tertarik untuk bekerja di perusahaannya, merepotkan pikirnya. Ia lebih suka melatih anak-anak yang menurutnya cukup menyenangkan.

Alhasil, Claude yang merupakan adik Anastacius sekaligus Ayah kandung Athanasia lah yang melanjutkan perusahaan.

"Kalian pemanasan dulu sebelum kita mulai pengambilan nilai renangnya"

"Siap, pak"
.
.
.
.
.

"Hah aku capek" Athanasia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi setelah beberapa menit yang lalu mengganti pakaiannya.

Di sekolah ini juga disediakan hairdryer di ruang ganti, sehingga para murid bisa mengeringkan rambutnya usai berenang.

Surai keemasan Athanasia terurai. Dia sedang malas mengikatnya, jadi biarkan sajalah.

Lucas duduk di samping Athanasia dan menatap wajah cantik gadis itu yang kini memejamkan mata.

Pemuda itu tersenyum tipis dan merapikan surai Athanasia yang sedikit berantakan.

"Ngapain lu?" ucap Athanasia tanpa membuka matanya. Ia sudah hafal siapa pelakunya.

"Ada kecoa di rambutmu"

"ANJ*NG!! MANA!?" Athanasia seketika bangkit dengan wajah paniknya.

Lucas tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perutnya yang terasa sakit akibat tertawa.

"Lu boong ya?"

Tawa Lucas semakin pecah melihat ekspresi bodoh yang Athanasia tunjukkan.

Untung saja di kelas hanya ada mereka berdua karena murid lain sedang mengisi perut di kantin dan sebagian ada yang memilih belajar di perpustakaan.

Karena geram, tangan gadis bersurai keemasan itu melayang dan mendarat tepat ke kepala Lucas dengan suara yang cukup kuat.

Duak!!

"Akh sakit tulul. Kalau otakku error gimana?"

"Bomat"

Karena sudah kesal, Athanasia berjalan meninggalkan Lucas di kelas sendirian.

Di depan kelas ada segerombolan gadis yang tengah mengelilingi pohon dengan kepala yang mendongak ke atas.

"Apa ni? Ada mbak kuyang kah? Atau maling yang gelantungan di atas pohon?" Tanya Athanasia kepada salah satu gadis di sana.

"Lihat itu, ada kucing yang terjebak di atas pohon dan tidak bisa turun" ucap gadis berkacamata.

"Kasihan sekali🥺" ucap gadis bersurai merah bata.

"Dih, tinggal manjat terus turunin aja apa susahnya sih?" Athanasia dengan alis yang berkerut itu mengatakan seolah memanjat bukan hal yang rumit.

Lain halnya dengan para gadis yang melotot ke arahnya.

"Kita gak bisa manjat pohon"

"Daddy aku gak pernah ijinin aku manjat pohon, kotor soalnya. Jadi gak bisa manjat pohon deh"

"Iya nih, aku takut ketinggian"

Athanasia mendengus dan menatap datar mereka semua.

"Minggir! Biar inces yang manjat! Kalian semua lemah!" Athanasia dengan tampang santuy nya berjalan mendekati pohon itu dan bersiap untuk memanjat.

"Ada apa ini?" Rupanya itu Lucas tralala yang datang dengan sejuta pesonanya.

"Ada miaw di atas, inces mau manjat" ucap Athanasia.

Semua pasang mata (kecuali Athi) tertuju pada pemuda bersurai hitam itu. Para gadis itu tersenyum seolah penyelamat telah datang.

"Kenapa gak Lucas aja yang manjat?"

"Iya, dia kan satu-satunya laki-laki di sini"

"Bener, Lucas aja!!"

Lucas menggeleng cepat. "Gak ah, biar Athy aja"

"Gak bisa gitu dong! Kamu kan laki-laki"

"Masa mau biarin perempuan yang manjat pohon? Gak jantan ih!!"

"Pohon bukan habitat ku" jawab Lucas dengan datar sedatar tembok.

Tanpa mereka sadari, Athanasia sudah sampai di atas pohon dan segera menggendong kucing malang itu. Ia pun turun dari atas pohon dengan estetiknya.

"Wih Athanasia keren"

"Bisa manjat pohon gitu"

"Penyelamat kucing"

Athanasia tersenyum bangga.

"Jangan mengatakan hal seperti itu. Lihatlah kepalanya semakin besar. Lagipula wajar, monyet kan memang ahli dalam hal memanjat dan terbiasa di ketinggian-- aw" Lucas meringis kala kakinya diinjak dengan penuh perasaan.

"Lucas~ suntik mati, yuk?^^"

Kalian pasti tau siapa yang mengatakannya😌.

Entah perasaan mereka saja atau bagaimana, yang jelas Lucas yang jarang bicara itu bisa begitu akrab dan banyak bicara ketika berada di dekat Athanasia.

-Bersambung-

Maap typo bertebaran

COUPLE [SIBAP Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang