"Sperti mati lampu ya sayang, sperti mati lampu~~" Diana bersenandung merdu (merusak dunia) sembari berjalan mengitari mansionnya yang teramat luas.
Kegabutan ibu beranak satu di hari minggu. Karena tidak ada hal yang bisa dilakukan, wanita itu berjalan kesana-kemari, itung-itung olahraga.
Langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar sang anak. Sunyi sekali, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Dengan penuh kelembutan, Diana membuka pintu kamar itu.
BRAAAK!!
Namun seseorang yang berada dalam kamar itu tidak kaget sama sekali. Ia seperti sudah memprediksi ibunya akan mendobrak pintu kamarnya.
Diana melotot melihat anaknya yang bermalas-malasan di atas kasur sembari menonton TV. Bungkus makanan tersebar dimana-mana. Setiap kali gadis itu selesai memakan sesuatu, bungkusnya pasti langsung dibuang ke sembarang arah.
Athanasia terlihat seperti pengangguran yang tidak berguna.
"Astagadragon!! Punya anak gadis kerjaannya males-malesan. Liat tuh anak Bu Siti!! Dia pagi-pagi udah bantu orangtuanya ngasih makan ternak udang berkepala lele."
Athanasia hanya berdeham. Kemudian menyembunyikan seluruh tubuhnya ke dalam selimut. Terlalu malas mendengarkan ocehan ibunya.
"Kapan kamu mau mandi? Udah jam segini loh!"
"Mungkin hari ini~ hari esok atau nanti~" Athanasia bernyanyi dengan suaranya yang pas-pasan. Menghayatinya dapat, tapi tidak dengan keindahan suaranya.
Sesaat kemudian Athanasia terlonjak kaget mendapati Ibunya yang sudah siap dengan rotan. Diana memasang wajah sangar layaknya singa yang sedang mengamuk.
"Iya iya ampun, Athy mandi sekarang." Dengan panik Athanasia menyibak selimut, turun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi. Sesekali ia menabrak meja atau lemari saking paniknya.
Diana tertawa penuh kemenangan. Meletakkan rotan itu di sembarang tempat. Lantas kembali melanjutkan aktivitas awalnya yaitu mengurangi lemak dengan berkeliling memutari mansion.
Langkahnya kembali terhenti ketika iris merah mudanya menangkap seseorang berkepala kuning tengah mengambang di kolam renang.
Perasaan buruk mulai menyelimuti dirinya. Kekhawatiran tidak bisa dihindari lagi.
Diana mendekati kolam dengan terburu-buru. Berteriak nyaring seolah tidak ingin kehilangan sosok itu.
"CLAUDE!!"
Sang empu nama menggerakkan sedikit kepala, memandang istrinya. Masih dalam posisi mengambang menghadap langit biru yang cerah.
"Apa?" Tanyanya datar.
Diana menghela napas lega. Ternyata suaminya masih hidup dan bernapas. Bikin panik saja.
"Ku pikir kamu kenapa-napa. Lagipula apa yang sedang kamu lakukan?"
"Seperti yang terlihat, aku gabut."
---
"Lucas, beli garam gih"
Lucas yang berbaring di atas sofa dengan wajah khas bangun tidurnya memutar bola mata malas. Padahal ia sedang tidak ingin bergerak, tapi ada saja yang mengharuskannya untuk menggerakkan tubuh.
Pemuda dengan surai hitam itu bangkit dan berjalan dengan langkah gontai ke arah sang Ibu yang sedang memotong bawang.
Ia mengulurkan tangannya ke arah Ibunya. Seolah tau, wanita itu memberikan uang kepada Lucas.
'Gak usah mandi deh, warungnya kan deket.' batin pemuda itu.
Lucas menggunakan jaket untuk menutupi piyama bergambar beruangnya. Walaupun malas, tetap harus menuruti perintah orangtua. Tidak mau jadi anak yang durhaka.
Sesampainya di warung yang menjual garam, Ibu-ibu di sana langsung mengalihkan pandangan ke arahnya.
"Mbak, beli garam." Ucap pemuda itu kepada seseorang yang diduga merupakan pemilik warung. Mengabaikan tatapan ibu-ibu genit yang tertuju ke arahnya.
"Ganteng-ganteng belanja di warung."
"Sini jadi simpenan Tante."
"Tampan, berbakti pada orang tua, lengkap sudah. Mau jadi menantu Tante tidak?"
Lucas mendengus kesal. Menjadi pusat perhatian benar-benar tidak nyaman, apalagi oleh ibu-ibu genit. Tidak ada satupun yang ia kenal di sana, padahal mereka adalah tetangga Lucas, sayangnya pemuda itu jarang keluar rumah sehingga tidak mengenal siapapun.
Lucas menerima plastik berisi garam dari sang penjual. Sesudah memberikan uang, ia segera pergi dari tempat itu.
Ibu-ibu itu mendengus kecewa.
"Yah kok pergi"Dengan santai ia menyusuri jalan yang mengarah ke rumahnya. Memasang earphone di telinganya dan mendengarkan musik.
Dirinya tidak menyadari ada sebuah mobil yang remnya blong dan menuju ke arahnya. Mobil itu sudah membunyikan klakson berulang kali tetapi Lucas tidak mendengarnya sama sekali.
Entah karena volume earphone nya yang tinggi atau dirinya yang tuli. Hanya Tuhan yang tau.
'TIN TIIIINNNNN'
'BRAK!!'
Darah segar mengalir keluar dari kepala. Berceceran di atas aspal. Menimbulkan noda merah dimana-mana.
Orang-orang sekitar segera menghampiri lokasi kecelakaan.
---
[Athanasia POV]
Aku tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja ku dengar. Mengabaikan handphone yang baru saja ku jatuhkan karena terlalu shock, aku mengambil jaketku dan keluar dari kamar.
Tidak menggubris panggilan-panggilan yang keluar dari mulut mama ataupun papa. Aku kian mempercepat langkah kakiku.
Sesampai di luar gerbang, aku mencegat taksi yang lewat tepat di depan rumahku. Memberi tau untuk segera menuju rumah sakit Obelia.
Panik, takut, khawatir, semua perasaan itu bercampur aduk dalam hatiku. Batinku tidak henti-hentinya merapalkan do'a.
Dalam waktu 7 menit taksi yang ku tumpangi sudah sampai di rumah sakit. Aku memberikan uang yang terselip di kantongku dan segera turun. Tidak mempedulikan sopir taksi yang memanggilku karena belum mengambil kembalian.
Kakiku bergerak cepat di lorong rumah sakit. Beberapa suster dan pegawai lainnya mengingatkanku untuk tidak berlarian. Tapi apa peduliku?
Setelah bertanya dimana ruangan yang harus ku tuju. Aku bergegas mencarinya dan menemukannya.
Secara kasar membuka pintu itu."Lucas!!"
'Niiiiiiitttttt--------'
Pemandangan di hadapanku menjadi mimpi buruk bagiku.
-Bersambung-
Chapter depan pemakaman mwehehehe:>
Entah kenapa sekarang aku lagi pengen matiin karakter gitu:v
Tolong jangan hujat aku༼;´༎ຶ ༎ຶ༽
KAMU SEDANG MEMBACA
COUPLE [SIBAP Fanfiction]
Fanfiction[COMPLETED]✓ Athanasia, gadis bar-bar dan suka makanan. Apapun yang ia temui pasti ia makan. Suka teriak dan berkata kasar. Lucas, pemuda nolep yang senang bermain game online. Hanya mau berteman dengan Athanasia seorang. Mereka bersahabat sejak kec...