"Lucas~~ Lucas~~ Maen yok~~ Aku punya bola baru nih~~ Lucas~~ Maen yok~~" Athanasia yang berdiri di teras rumah Lucas terus memanggil-manggil nama pemuda itu.
Sesuai janji, sore ini Athanasia datang ke rumah Lucas untuk meminta contekan tugas Bahasa Obelia.
Krieeeet dubrak
Lucas dengan raut wajah khas bangun tidur, rambut acak-acakan dan hanya menggunakan kaos hitam polos serta celana selutut itu membuka pintu utama rumahnya.
"Dengan siapa? Dimana?" ucapnya yang setengah sadar.
"Dengan bidadari di hatimu"
Kini kesadaran Lucas sepenuhnya telah kembali. Ia menatap gadis bersurai keemasan itu dengan malas.
"Oh, si anying toh. Masuk, nying. Di rumah kagak ada orang, hanya ada aku diriku dan aku"
"Sumpah dah kagak jelas"
Dengan santai Athanasia masuk ke dalam rumah Lucas. Dari dulu Athanasia sudah menganggap rumah Lucas seperti rumah sendiri, orang tua Lucas pun tidak keberatan. Mereka justru selalu menanti-nantikan kedatangan gadis itu.
Athanasia membuka pintu kamar Lucas dan masuk tanpa permisi. Lantas menidurkan dirinya di kasur yang empuk dan nyaman.
Lucas hanya menghela napas pasrah dan ikut masuk ke dalam kamarnya.
Pemuda itu mencari keberadaan buku tugasnya dan melemparkan buku itu ke wajah Athanasia.
"Amjinc" refleks Athanasia bangun dan terduduk di pinggiran kasur.
"Cepat selesaikan dan pergi. Aku mau tidur" ucap Lucas sembari merebahkan dirinya di kasur.
Athanasia mengeluarkan buku dan pena untuk menyalin tugas Lucas.
Begitu ia membuka buku Lucas....
"Apa ni? Apa ni? Apa ni? Ini huruf apa Lucas? Ini angka atau huruf? Ini cara bacanya gimana? Tumben kamu nulisnya acak-acakan. Biasanya bagus. Yang ini seperti cacing kepanasan. Lalu ini seperti--"
"Astagfirullah, kamu ini berdosa banget"
Lucas merebut bukunya dari genggaman tangan Athanasia. "Kemarin aku nulisnya sambil ngigo. Oke, sekarang aku bacakan dan kamu nulis"
"Aye aye kapten"
"Number one. Buah apa yang luarnya kuning dalemnya pisang? Alpukat"
Srek srek srek (bunyi lagi nulis)
"Oke"
"Number two. Merah tua dan merah muda selisih berapa tahun? 2 tahun"
Srek srek srek
"Oke"
"Number three. Apakah benar jika kita menaburkan ular di sekitar garam dapat mengusir rumah? Benar"
Srek srek srek
"Oke"
"Number four. Apakah warna nasi kuning? Ungu"
Srek srek srek
"Oke"
Dan begitulah seterusnya sampai semua soal dan jawaban selesai disalin.
Dubrak klontang klontang MIAW!!
"Kami pulang" terdengar suara dari ruang tamu. Ternyata mereka adalah Ayah, Ibu dan Adik Lucas.
Beberapa saat kemudian Ibu Lucas sudah berdiri di ambang pintu dan memperhatikan mereka yang sedang sibuk dengan buku mereka.
"Oh Ibu. Sudah pulang?" ucap Lucas setelah menyadari keberadaan Ibunya.
"Belum, masih di jalan. Ya iyalah udah pulang, pake nanya segala"
"Selamat sore, Tanteh" sapa Athanasia.
"Sore. Rajinnya kalian berdua belajar bersama. Ibu jadi bangga. Lanjutkan~~ kalau sudah selesai ke ruang makan ya, tadi beli makanan. Athanasia juga ikut makan bersama"
"Siap, Tanteh"
Setelah itu Ibu Lucas pergi meninggalkan mereka berdua.
"Udah selesai kan? Cuma ini tugasnya?" Tanya Athanasia.
"Ya"
"Makaciww Lucas gamtenk nan jhenius" Athanasia mengucapkannya sembari memeluk Lucas dari samping dan menggesek-gesekkan pipinya ke pipi Lucas.
Ia tidak menyadari detak jantung Lucas yang sedang beatbox.
Setelah puas memeluk Lucas selama seabad (boong deng), Athanasia keluar dari kamar dan menuju ruang makan.
Gadis itu tidak boleh sampai menolak makan gratis yang disediakan setiap kali ia berada di rumah Lucas.
Athanasia duduk di meja makan bersama keluarga Lucas. Gadis itu tidak mempedulikan kenyataan bahwa hari sudah malam. Ia bisa saja meminta Lucas mengantarkannya ke rumah.
Makanan-makanan menggugah selera tersaji di hadapan Athanasia. Air liurnya nyaris terjatuh kalau saja Lucas tidak menahannya.
Ibu Lucas terkekeh dan mengacak surai keemasan Athanasia sebelum duduk di kursi.
"Makan sebanyak-banyaknya" ucap Ibu Lucas.
"Nanti Athy gendut, Bu" sahut Lucas.
"Enak aja" Athanasia mengerucutkan bibirnya.
"Kalian ini cocok sekali. Kenapa gak pacaran aja?" Tanya Ayah Lucas yang membuat keduanya terdiam.
Pertanyaan paling dihindari Athanasia kalau sudah berkumpul bersama keluarga Lucas.
Jawabannya pun sama "Kami ini masih terlalu muda"
---
Lucas dan Athanasia berada dalam perjalanan menuju mansion gadis itu.
Athanasia yang sudah kelewat lelah tanpa sadar memejamkan matanya dan mengarungi alam mimpi.
Pemuda bersurai hitam di sebelahnya terkekeh dan mengacak surai gadis itu. Setelah itu kembali fokus ke jalanan.
Mobil Lucas berhenti setelah memasuki gerbang mansion.
Ia memperhatikan wajah Athanasia yang tertidur pulas. Gadis itu terlihat polos, tidak seperti ketika dia sadar dan menjadi bar bar.
Menggemaskan.
Saking gemasnya Lucas tidak bisa menahan diri untuk tidak mengecup singkat pipi Athanasia sebelum menggendongnya turun dari mobil.
Lucas berjalan ke depan pintu utama mansion dengan Athanasia dalam gendongannya.
Claude selaku Ayah kandung dari gadis itu rupanya sudah menunggu.
"Dia kenapa?" Tanya Claude yang melihat anaknya tertidur.
"Sepertinya kelelahan" jawab Lucas.
Claude mengambil alih Athanasia. Dan Lucas pamit pulang.
-Bersambung-

KAMU SEDANG MEMBACA
COUPLE [SIBAP Fanfiction]
Fiksi Penggemar[COMPLETED]✓ Athanasia, gadis bar-bar dan suka makanan. Apapun yang ia temui pasti ia makan. Suka teriak dan berkata kasar. Lucas, pemuda nolep yang senang bermain game online. Hanya mau berteman dengan Athanasia seorang. Mereka bersahabat sejak kec...