。 four, 𝙝𝙤𝙥𝙚 𝙨𝙤 .

1.5K 295 55
                                    

keduanya telah sampai pada kamar milik yunho dan san setelah melewati banyaknya anak tangga, ditemani dengan lontaran kata kasar dan tepukan tak seberapa yang mereka tujukan masing-masing tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















keduanya telah sampai pada kamar milik yunho dan san setelah melewati banyaknya anak tangga, ditemani dengan lontaran kata kasar dan tepukan tak seberapa yang mereka tujukan masing-masing tadi.

yunho berhenti memukul punggung mingi sesaat ia merasakan perih kembali pada bahunya. jadi ia hanya pasrah dan memilih mengayun-ayunkan kedua lengannya yang menjuntai ke bawah. mingi pun ikut berhenti menepuk bokong yunho ketika pemuda bersurai merah muda itu juga berhenti mengumpat.

yunho melirik sekilas ke depan dan kembali pada posisi awalnya ketika lukanya kembali berulah. "bagaimana kau tahu kamarku berada? kau stalker?"

"berisik." mingi menjawab sarkas. merasa lelah akibat perdebatan mereka selama di tangga lalu. ia memilih membuka kamar dengan pintu berwarnya putih tulang itu dan mendudukkan tubuh yunho pada kasur di sana dengan perlahan.

yang sedang memakai kemeja hitam tanpa menautkan kancing kembali memasang wajah sinisnya, lagi-lagi tak ingin menatap pada yang sedang memakai jaket. menunggu kepergiannya dalam diam tanpa sepatah kata apapun yang terlontar.

bukannya pergi, yang berjaket malah berkacak pinggang. "tak ada kata terima kasih?"

yunho kini menatap mingi. kali ini dengan wajahnya yang mengernyit. "tapi aku tidak meminta. jadi untuk apa berterima kasih? kau sendiri yang tiba-tiba mengangkatku."

lelaki satunya memilih tak menjawab. dirinya dengan santainya mendudukkan diri pada ujung kasur dan mulai mengancingkan kemeja yang dipakai oleh yunho tanpa seizin dari sang empu. tentu yunho terkejut. ia segera memukul tangan mingi keras.

"ya! mesum!"

"what the?" salah satu alis mingi terangkat. "kau benar-benar sudah gila."

mingi berdiri dari sana. ikut menatap sinis yunho yang sedang mengancing kemejanya sendiri dengan kasar. mingi merasa jengkel sekarang, ia baru saja membantu menutup bajunya agar ia tidak membuang tenaga terlalu banyak. tapi apa-apaan? menutup baju adalah perlakuan mesum? wah.

padahal sebelumnya ia merasa berempati pada pemuda bersurai cerah itu. ia merasa sedikit kasihan melihat wajah pucatnya, mingi yakin yunho kehilangan banyak darah akibat luka pada bahunya itu. tapi semuanya hilang berkat perlakuan pemuda yang dilihat-lihat lagi sekilas mirip dengan beruang itu dengan angkuhnya tidak berterima kasih pada semua pertolongannya.

"kau menunggu apa?!" lamunannya terpecah kala gertaan yunho mengagetinya. mingi mengelus telinga kirinya sekilas dan berdecak.

"kau pikir aku sedang menunggu apa?!" balasnya tak kalah kencang. membuat yunho makin kesal dibuatnya. "pergilah! aku tak butuh dirimu!"

"aku pun tidak," mingi menghela napasnya kasar. jujur saja, jika ia dari awal sudah mengerti bagaimana sifat asli yang dimiliki oleh yunho ini, ia tanpa berkata-kata juga akan meninggalkannya. tetapi ia tak bisa. sepupu yunho sendiri, alias sang pemimpin tempat dirinya bekerja sendirilah yang memintanya untuk menemani yunho. merepotkan. seperti bayi.

𝘀𝗲𝗹𝗰𝗼𝘂𝘁𝗵 ◞ minyun .   [ DISCONTINUED. ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang