。 twenty-seven, 𝙧𝙚𝙖𝙨𝙤𝙣 .

698 130 15
                                    

buk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











buk!

"aw! kenapa, sih?!"

wooyoung mengusap pelan dahinya yang memerah, sehabis dilempar kotak tisu oleh minji. dan sebagai pelaku pelemparan kotak itu, perempuan bersurai hitam legam dengan asap yang mengepul di daerah mulutnya itu hanya menatap sinis pemuda yang jauh lebih muda darinya itu dan sekarang malah mengibaskan tangannya di depan, bermaksud untuk memberikan asap yang dihasilkannya dari rokok elektrik kesayangannya itu pada wooyoung.

"diamlah, cerewet!"

wooyoung mengembalikan kotak tisu itu pada tempatnya semula, bibirnya maju dan alisnya tertekuk samar. "aku lapar." katanya seraya menghirup asap yang dioper kearahnya dari minji. hei, aromanya enak, tidak salah, kan?

minji tak menanggapi, dirinya hanya mengangkat satu tangannya ke udara, membiarkan jari telunjuk, tengah, dan manis terangkat untuk mengisyaratkan angka tiga. wooyoung yang bingung hanya menatap tanpa mau mengomel lagi, alasannya karena tidak ingin dilempar kembali dengan kotak tisu nantinya.

"tiga... dua..." minji menekuk satu-satu dari ketiga jarinya sembari menghitung mundur.

"satu..."

bertepatan dengan jarinya yang menekuk semua, pintu rumah terbuka lebar. menampakkan dua pemuda jangkung dengan bawaan yang terlihat penuh pada tangannya masing-masing. minji mendecih remeh kearah wooyoung, lagi-lagi menghembuskan asap rokok elektriknya di hadapan pemuda berisik itu, yang hanya dibalas dengan wajah cengo dari wooyoung.

"heol," ia berkedip-kedip lalu mengucek matanya. "noona, apakah kau lulusan hogwarts? bagaimana bisa seperti itu tadi, huh?"

minji menyibak rambut panjangnya ke belakang, lalu menutup rokok elektriknya dan ia simpan pada kantung celana berantai miliknya. ia kemudian mendekati yunho yang sedang meletakkan kotak-kotak di atas meja bar bersama mingi, mengintip isinya satu-satu.

"banyak sekali." gumamnya pelan, tangannya mengambil satu roti dengan topping selai kacang untuk ia konsumsi. "tapi itu lebih baik. terima kasih." setelah menepuk pucuk kepala mingi dan mengusak poni yunho, minji kembali berjalan ke arah sofa dengan mulut penuh roti dengan satu tangan membawa cup berisi ice americano yang ia ambil tadi.

wooyoung dengan cepat berlari menghampiri meja bar dekat dapur, mengambil satu roti dengan ukuran paling besar, tak lupa dengan minumannya. "lamanya kalian. pasti berpacaran dahulu."

yunho menarik bibir wooyoung yang maju ke depan dengan kencang. "jaga ucapanmu, sialan." ujarnya sengit, yang malah dibalas dengan juluran lidah mengejek dari pemuda yang lebih pendek darinya itu. yunho melihat itu sedikit terkekeh dan mengejar wooyoung yang sudah berlalu menghindar darinya seraya melemparkan sandal rumahnya.

mingi menyunggingkan senyum tipisnya melihat interaksi kedua pemuda jung di hadapannya. ia harap semua keadaan akan selalu seperti ini. tidak ada kesedihan, tidak ada ketegangan, dan tidak ada sulutan amarah. mingi benar-benar berharap akan hal itu. saat ini mereka tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, jadi untuk detik ini, ia akan terus berharap.

𝘀𝗲𝗹𝗰𝗼𝘂𝘁𝗵 ◞ minyun .   [ DISCONTINUED. ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang