。 thirty-five, 𝙧𝙚𝙫𝙚𝙣𝙜𝙚 𝙥𝙡𝙖𝙣 .

386 76 1
                                    

kini semuanya telah berkumpul pada ruang tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















kini semuanya telah berkumpul pada ruang tengah. lengkap dengan sehyoon, yuchan, junhee, donghun, dan juga byeongkwan yang sudah bebas dari penjara tiga hari lalu. tubuh tak bernyawa yoohyeon sudah dibawa oleh anak buah byeongkwan, pula dengan gudang yang sudah dibersihkan. sekarang hanyalah suasana tak enak yang masih tertinggal.

terlihat sehyoon dengan wajah dinginnya berjalan mondar-mandir seraya meletakkan jemarinya pada dagu. hal seperti ini tak pernah ia duga. ia tak menyangka bahwa rhigello berbuat senekat ini.

"mereka memulai lebih dulu." lelaki dengan tindik di sisi bibirnya itu akhirnya mengeluarkan suaranya setelah hening melanda cukup lama. "mereka telah mengibarkan bendera perang."

byeongkwan mengusak surai pirangnya kasar, terlalu bingung dengan keadaan saat ini yang kacau balau. kepalanya pusing, tak bisa berpikir apa-apa lagi. dirinya lantas melirik kearah yunho yang masih setia menundukkan kepala di seberangnya.

"yunho, you okay?" tanyanya pelan. byeongkwan tahu apa yang terjadi di masa lalu, dan ia tahu pula dengan adanya kejadian ini pemuda jangkung yang lebih muda darinya itu pasti amat sangat tak tenang dan senang.

yang ditanyai mendongak sedikit, lalu mengangguk perlahan. dirinya berangsur membaik dari sebelumnya, dengan mingi yang selalu berada di sisinya. "aku tak apa, hyung."

byeongkwan ikut mengangguk, kini beralih untuk benar-benar menatap minji yang melamun di ujung sofa. kehilangan teman baik itu memang bukan hanya kesedihan semata, dan ia yakin perempuan yang sedang kehilangan itu hancur sehancur–hancurnya. tak perlu berpikir panjang, byeongkwan beranjak untuk menghampirinya.

"hei." panggilnya sembari memegang pundak perempuan itu. "sometimes it's okay to cry, huh." ia berujar. pasalnya sejak tadi ditemukannya yoohyeon, minji nampak tak menunjukkan raut sedihnya ataupun menangis. hanya melamun dengan tatapan kosong.

"no i won't."

perempuan dengan surai legam panjang itu akhirnya bersuara. semua atensi kini tertuju padanya, menantikan kalimat lain yang akan diujarkannya. walau minji masih belum bergerak sama sekali dari posisinya.

"kehilangan teman adalah sebuah konsekuensi. i do sad, of course." nadanya terdengar tak seperti biasanya, lebih tajam dan sarkas. "menangis bukanlah hal yang seharusnya dilakukan, hanya sia-sia sebab tak akan memperbaiki keadaan."

minji mengedipkan kedua maniknya sekali, menyeringai kecil kemudian sebelum melanjutkan. "membalas dendam dengan cara yang setara adalah hal yang seharusnya dilakukan."

byeongkwan tersenyum bangga mendengarnya, inilah perkataan yang ia harapkan. konsekuensi menjadi seorang kriminal memang tak mudah, salah satunya adalah kehilangan. bersedihlah sesukamu, asalkan kau mampu membalaskan budi temanmu dengan hal yang setimpal.

dengan atmosfer yang perlahan membaik, sehyoon sekarang berdeham keras. menyisir surai legam yang tersampir pada dahi sebelum berbicara. "should we go now?" tanyanya entah ditujukkan pada siapa.

𝘀𝗲𝗹𝗰𝗼𝘂𝘁𝗵 ◞ minyun .   [ DISCONTINUED. ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang