hai...
"yo, dude!"semua aktivitas semua orang terhenti ketika yunho berseru selagi keluar dari kamarnya dengan handuk yang bertengger pada kepalanya, baju-bajunya juga ia sampirkan pada pundak, seraya kedua tangannya membawa beberapa pisau yang ia temukan dari dalam kopernya tadi.
"siapa yang menancapkan ini pada koperku?" tanyanya, menggesekkan pisau itu satu sama lain, menghasilkan bunyi yang sedikit menganggu.
matanya lalu menangkap san yang sedang memotong-motong buah pisang di dapur, ia lantas melempar salah satu dari pisau yang ia genggam ke arahnya, yang langsung menancap pada dinding dapur tepat di samping kepala san. "kau?" dirinya bertanya lagi.
san mengambil pisau yang tertancap tadi. mengamatinya dalam diam kemudian menggeleng. "aku belum pernah mempunyai pisau seperti ini. lagipula, untuk apa aku menancapkannya pada kopermu?" ia kembali menancapkan pisau itu pada tembok, melanjutkan acara memotong buah pisang tadi yang sempat tertunda.
yunho hanya mendengus mendengar jawabannya yang tidak memuaskan. tapi ia tak terlalu penasaran juga. jadi dirinya hanya mengedikkan bahu, lalu bersiap untuk berbalik badan sebelum handuk yang sebelumnya bertengger di atas kepalanya ditarik oleh seseorang. tak hanya itu, tubuh yunho yang tadinya berdiri tegak lurus kini sudah diputar-putar.
"kau tidak terluka, kan?"
kini tubuhnya sudah tidak terputar lagi, melainkan tubuhnya menghadap pada mingi yang wajahnya sudah bersih dari krim. mata sipitnya pun sedikit membesar memandangi setiap sisi tubuh yunho, kedua tangannya mencengkram erat lengan pemuda di hadapannya itu. "tidak, kan?" ia sedikit menaikkan intonasi nada bicaranya ketika ia tidak mendapat jawaban segera.
"boo!" yunho menyodorkan sederet pisau yang ia genggam pada tangan kanan tepat di hadapan mingi, membuat pemuda mancung itu terlonjak dengan mata yang membesar lebih lebar dari sebelumnya. bebarengan dengan itu, tawa yunho pecah seiring dengan tawa yang muncul dari yang lain.
"what was that for?" alis mingi menukik tajam. dan sekarang, pemuda jeune itu pergi dari hadapan yunho menuju pada sofa ruang tengah dimana minji telah duduk di sana dengan mulut yang sibuk menghisap rokok elektrik miliknya. handuk yunho yang ia tarik tadi, sudah ia kembalikan lagi pada asal mula tempatnya. dengan cara yang sedikit kasar, yang hasilnya benda itu jatuh bukan di atas kepala yunho, melainkan tepat di wajahnya.
minji melirik lelaki di sampingnya sedang menyalakan tv dengan kasar. alisnya masih menukik dan ia yakin bahwa kedua benda di wajah itu akan menyambung menjadi satu. "terlihat kesal, bung?" tanyanya dengan bumbu-bumbu nada menggoda.
mingi tidak menanggapi, ia membesarkan volume televisi yang menyiarkan kartun phineas and ferb. dan hal itu sukses membuat tawa minji pecah. perempuan itu mengerti, dirinya paham. mingi sedang khawatir pada seseorang yang baru saja ia anggap 'teman' itu. namun, rasa khawatir tergantikan oleh rasa kesalnya saat seseorang yang dicemaskan tidak memberi kepastian atas keadaannya, malahan bermain-main seperti sedang menyepelekan hal yang baru saja terjadi pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘀𝗲𝗹𝗰𝗼𝘂𝘁𝗵 ◞ minyun . [ DISCONTINUED. ]
Random[ d i s c o n t i n u e d . ] we sin as devils do, and we love as angels do. ───────── ノ mafia! au . ノ bxb . ノ violence warning . ノ written in lowercase . ノ semi-baku . ノ harsh word . ノ dom! mg sub! yh . ───────── ©️heibee, 2020