PART 15

5.6K 269 5
                                    

Quen yang baru sampai di rs langsung beralari ke koridor rumah sakit sedangkan aksa mengikuti quen mensejajarkan jalannya lalu mengenggam tangan quen untuk menenangkannya. Quen berlari ke arah rita yang sudah terlebih dahulu disana quen memeluk rita dan menangis di pelukannya

"Nek daddy gak bakal kenapa-kenapa kan nek?" Rita memeluk cucu kesayangannya menenangkannya

"Daddy kamu kuat sayang percaya sama nenek ya"
"Aku gak mau kehilangan daddy nek, aku sayang daddy aku belum minta maaf sama dady hikss" rita memeluk cucu semata wayangnya karena menangis sesegukan beberapa detik kemudian quen pingsa membuat semua orang panik.

"Quen, quen bangun sayang" ucap rita menepuk-nepuk pipi quen namun quen tidak sadarkan diri, aksa pun langsung mengendong quen dan membawanya ke ugd.

Aksa menunggu quen yang sedang di periksa oleh dokter, perasaan aksa campur aduk dia cemas, sedih melihat gadis yang biasanya selalu tersenyum dan kuat itu sekarang terkulai lemas di brankar rumah sakit

"Gimana dok keadaan cucu saya?" Tanya rita yang sangat cemas melihat cucu dan anaknya yang sedang sakit

"Tidak papa buk, cuma kelelahan dan dehidrasi nanti saya akan kasih obat"
"Makasih dok" akhirnya rita bisa mengehela nafasnya lega

"Kamu jagain quen saya akan menunggu operasi bimo, katakan kepada tia untuk membatalkan meetingnya jangan katakan bimo di tembak katakan saja di sedang sakit" ucap rita yang langsung diangguki oleh asistennya dan langsung meninggalkan rita.

Rita mendekat ke arah cucunha mengelus pucak kepalanya mencium keningnya

"Kamu jaga quen disini"
"Baik nyonya"
"Hubungi arif jika quen sudah sadarkan diri"
"Iyaa nyonya" rita membiarkan aksa menemani quen sendiri di kamar itu.

Aksa duduk di dekat brankar rumah sakit menatap wajah tenang quen yang memejamkan matanya. Aksa mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan helai rambut yang menutupi kulitnya.

"Kamu begitu mencintai ayahmu bagaiman mungkin aku bisa memilikimu" quen yang merasakan seseorang menyentuh wajahnya langsung membuka matanya dengan hati-hati.

Quen menatap sekelilingnya yang serba putih lalu quen menatap ke arah samping menemukan seseorang yang ada di dalam mimpinya tadi

"Quen?" Quen menatap aksa berusaha bangun dari tidurnta walaupun sangat susah karena merasakan sakit di kepalanya

"Dady" ucap quen pelan
"Daddy mana?"
"Masih di ruang operasi"
"A..aku mau liat daddy"
"Tapi kamu masih lemas"
"Aku mau liat daddy"quen bangun dari tidurnya berusaha melepas infusnya untungnya aksa langsung mengehentikan quen

"Iya saya akan bawa kamu ke ruangan tuan tapi kamu harus memakai kursi roda" quen mengangguk pasrah karena dirinya sudah tidak bisa melawan karena lemas.

Aksa mengendong quen untuk duduk di kursi roda setelah di rasa pas aksa mendorong kursi roda quen menuju ruangan operasi.

"Sayang kenapa keluar, kamu harus istirahat"
"Daddy gimana nek?"
"Daddy kamu baik-baik saja daddy akan di bawa ke ruang rawat" dan benar saja bimo keluar dari ruangan operasi untuk di bawa ke ruangan perawatan.

Quen menatap ke arah daddy nya mengenggam tangan daddy denggan erat bahkan tangisnya tidak bisa ia bendung lagi

"Dad maafin quen hikss maafin quen udah diemin daddy hikss" quen menangis sambil mencium tangan daddy

"Maaf dek bapaknya mau saya bawa ke ruangan perawatan" quen mencium tangan bimo lalu membiarkan dokter dan perawat memabwa daddy ke ruangannya

"Sekarang kamu istirahat ya biar nenek yang jaga daddy"
"Tapi nek aku mau di samping dady"
"Sayang kalo daddy tau kamu sakit gini daddy bakal sedih, sekarang kamu istirahat tidur nanti kalo daddy udah siuman nenek bakal kasih tau kamu" quen mengangguk pasrah apa yang dikatakan rita benar.

"Di perketat penjagaaan di ruangan daddy, dan cari tau siapa pelaku penembakan itu" walaupun masih lemas quen mampu memberikan perintah itu untuk melindungi keluarganya

"Siap non"
"Sa bawa ke ruangannya" aksa mengangguk lalu mendorong kursi roda nya menuju kamar quen.

Aksa mengendong quen dan merebahkan quen dengan pelan-pelan. Baru saja quen merebahkan badannya seseorang sudah mengetuk pintu kamarnya dan dua orang wanita masuk ke dalam ruangan

"Ta lo gak papa kan?"
"Gak papa tin, lo tau darimana gue disini?"
"Hmm itu gue telfon ke rumah lo karena gue tadi khawatir sama lo yang tiba-tiba lari" quen tersenyum walaupun sebenarnya quen sedang mengamati ekspresi wajah tina, aksa dan wanita itu

"Kamu gak papa kan sayang mama khawatir banget sama kamu" ucap wanita yang mendapat tatapan aneh dari aksa dan tina

"Mama? Maksudnya?"
"Enggh gini ta hmm lo tuh mirip sama anaknya tante ratih jadi tadi tante ratih salah sebut yakan tan?"
"Aah iya iya"
"Ooh kirain apa" tina dan ratih merasa puas ketika quen tidak bertanya lebih lanjut walaupun sebenarnya quen mengamati mereka sejak tadi.

"Saya keluar dulu" ucap aksa yang diangguki oleh quen

"Lo kenapa sih ta kok bisa kayak gini?"
"Maafin gue ya bikin lo khawatir gue cuma dehidrasi kok"
"Terus tadi lo kenapa nangis?" Quen menatap ke arah ratih yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan yang susha diartikan

"Gak papa lagi sakit aja" tina mengehela nafasnya sedangkan quen melirik ke arah ratih.

"Gue balik dulu ya besok gue kesini lagi" quen mengangguk di susul dengan ratih mencium kening quen

"Tante balik dulu ya kamu cepet sembuh" quen merasakan air di keningnya quen menatap ke arah ratih yang tak tampak menangis tadi.

Sedangkan ratih menatapa sendu ke arah quen sejak seperti berat meninggalkam quen sendirian. Quen yang baru saja ingin memejamkan matanya merasakan seseorang masuk ke dalam kamarnya.

Quen kaget melihat dua orang yang memakai baju serba hitam dan bertopeng

"Siapa kalian?"
"Gadis kecil kamu gak perlu tau siapa saya yang harus kamu tau, hidup kamu gak akan lama lagi" laki-laki itu menyentuh pipi quen namun dengan cepat quen mengehempaskannya

"Cuih banci beraninya sama cewek"
"Heh lancang mulut kamu" quen berhasil menonjok laki-laki itu namun saat akan keluar seseorang menghadangnya

Bugh
Bugh

Quen berusaha melawan akhirny berhasil di kalahkan karena stamina quen yang lemah.

"Kamu tetap saja seorang gadis" quen menendang perutnya namun sayang laki-laki itu sudah menusuk perut quen. Aksa yang mendengar suara keributan dari luar langsung masuk ke dalam kamar, sudah melihat quen bersimbah darah. Namun dua laki-laki itu berhasil kabur lewat jendela. Sedangkan aksa langsung menghampiri quen yang sedang kesakitan

"Quen tahan ya sabar kita keluar cari bantuan" aksa mengambil benda pipih di kantongnya

MY BODYGUARD MY BOYFRIEND (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang