PART 16

5.3K 268 12
                                    

Aksa menatap quen menahan rasa sakitnya membuat aksa merasa hancur melihat quen seperti ini.

"Ka-aak"
"Jangan ngomong dulu quen"
"A--aku sa-sa--yang" belum selesai quen menyelesaikan kalimatnya quen sudah menutup matanya

"Quen bangun jangan tutup mata kamu quen!!" Aksa sedikit berteriak hingga beberapa pengawal dan dokter rumah sakit masuk ke dalam ruangan dan membawa quen ke ruang operasi.

Rita langsung menghampiri aksa yang sedang mondar-mandir di ruangan operasi

Plak

Aksa diam saat rita menampar dirinya karena ini memang salahnga membiarkan quen di kamarnya sendirian

"Saya hanya meminta kamu untuk menjaga satu cucu saya tapi kamu tidak becus dan malah membiarkannya seperti ini"
"Maaf nyonya"
"Astagaa baru saja anak saya keluar dari ruangan ini sekarang cucu saya yang di dalam, kamu ingin saya mati hari ini?" Ucap rita berteriak membuat semua orang yang disana langsung menatap ke arah aksa.

"Nyonya sudah kita fokus ke non quen saja, sa kamu keluar dulu"
"Tapi pak saya..."
"Saya mau bicara sama kamu" aksa mengangguk lalu pergi meninggalkan rita yang sedang cemas menunggu.

Aksa duduk di taman rumah sakit menunduk karena merasa bersalah yang menghantui tapi juga kesedihan yang teramat dalam hingga seseorang ikut duduk di sampingnya

"Nih minum dulu" laki-laki itu menyodorkan minum kaleng ke arah aksa namun aksa menolak

"Ambil sa ngerasa bersalah juga butuh tenaga" aksa akhirnya mengambil minuman itu, sedangkan laki-laki itu menepuk pundak aksa

"Jangan terlalu merasa bersalah ini juga salah saya yang terlalu fokus dengan tuan sampai saya lupa non quen juga perlu perlindungan" aksa menatap ke arah laki-laki paruh baya itu

"Tapi saya membiarkannya sendiri pak"
"Sudah itu bukan salah kamu, kalopun kamu tetap disana apa kamu yakin kejadian seperti ini tidak akan terjadi?"
"Tapi setidaknya say.."
"Ada kamu ataupun tidak jika memang sudah takdirnya kamu tidak akan bisa mengelaknya sa" ucap arif asisten pribadi rita

"Sama seperti perasaan ketika kamu mencoba menolaknya tapi jika hati dan tuhan sudah berkehendak manusia pun tidak bisa memisahkan, sudah jangan di fikirin" ucap arif menepuk pundak aksa lalu membiarkan aksa sendiri.

Selama 30 menit aksa hany berdiam diri disini meratap kesedihannya hingga seorang wanita menghampirinya

"Sa"  ucapnya yang langsung duduk di samping aksa

"Kamu gak ke dalem?"
"Enggak"
"Kamu merasa bersalah atau takut sama nyonya" aksa hanga diam tatapanya mengarah ke botol yang di pegangnya

"Benar kata letta kamu itu pengecut" aksa menatap wanita dengan tatapan tajam namum wanita itu hanya tersenyum

"Kamu itu beruntung sa bisa di cintai sama wanita seperti letta kalo saya cowok saya mungkin salah satu yang akan memperjuangkan dia" aksa melirik wanita itu ucapannya benar dia adalah laki-laki beruntung yang bisa di cintai gadis seperti quen

"Tia mungkin kamu benar aku laki-laki paling beruntung yang di cintai gadis seperti quen, tapi quen tidak seberuntung itu jika dengan saya" 
"Jangan jadikan umur alasan kamu tidak menerima dia alasa klasik dan saya tidak mau dengar" ucap tai menutup telinganya

"Sa seseorang bisa merasa beruntung tergantung kebahagiaan yang kamu berikan, kenapa kamu selalu mencari alasan untuk menolak dia padahal saya tau kamu juga menyukai letta" ucap tia namun aksa malah mengehela nafasnga dia masih belum yakin dengan apa yang dia rasakan.

"Udah aha males saya ngomong sama cowok dingin kayak kamu, saya cuma mau ngasih tau kesempatan gak dateng dua kali pilihan kamu cuma dua menyerah atau berjuang" ucap tia lalu melangkah namun baru beberapa langkah tia berhenti dan kembali menatap ke arah aksa

"Ooh iya letta sudah siuman dan mencari kamu, walaupun kamu gak mau membalasa perasaan dia seengaknya kamu harus mempertanggung jawabkan kelalain kamu" ucap tia dan kali ini wanita itu benar-benar menghilang dari hadapanya.

Aksa hanya berdiam diri di depan pintu kamar quen hingga seseorang membuka pintunya dari dalam  membuat aksa kaget.

"Kamu di tunggu di dalam"
"Iya nyonya"
"Gadis itu sangat keras kepala dia tidak mau di jaga oleh banyak pengawal kamu bicaralah dengan dia"
"Iya nyonya" ucap aksa menundukan kepalanya tanda mengerti dan tanda hormat

Aksa masuk ke dalam kamar rawat melihat quen yang sedang berbaring lemah di brankar rumah sakit. Quen tersenyum melihat aksa masuk ke dalam ruangannya.

"Kak" ucap quen yang berusaha bangun dari tidurnya dan aksa membantu quen untuk duduk. Aksa yang hendak melepas tangannya dari lengan quen langsung di tahan oleh quen

"Biarin gini dulu aku capek" ucapnya aksa duduk di dekatnya membiarkan quen bersandar di pundaknya

"Maaf"
"Gak usah minta maaf ini bukan salah kakak"
"Tapi saya sudah lalai menjaga kamu"
"Yaudah gak papa tapi kakak harus nurutin apa kata aku" Aksa hanya mengangguk membiarkan quen.

Aksa menatap quen yang begitu pucat membuatnya sangat hancur gadis kecil yang biasanya tampil cantik itu sekarang pucat bahkan untuk bicara pun susah

"Kak"
"Hmmm"
"Kakak bener-bener gak suka sama aku?"
"Saya sudah mengatakan itu quen"
"Hmm" ucap quen pasrah saat ini dia tidak mampu untuk mendebat siapa pun.

Quen menatap aksa, aksa yang sedang fokus dengan tv di depannya merasakan nafas di lehernya membuatnya tak karuan

"Jangan nafas di leher saya"
"Memangnya kenapa?"
"Saya tidak mau kamu kenapa-kenapa"
"Selama kakak sama saya, saya gak akan kenapa-kenapa"
"Quen" ucap aksa menjauhkan quen dari dirinya namun mereka malah saling tatap saat ini hingga aksa merasakan benda kenyal menyentuh pipinya

Chup

Quen menjauhkan bibirnya namun aksa malah memangkas jarak dintara mereka lalu menempelkan bibirnya di bibir quen. Quen yang awalnya kaget kini malah memejamkan matanya.

"Maaf" ucap aksa melepas ciuman mereka bukannya marah quen malah tersenyum ke arah aksa lalu mencium bibir aksa, sedangkan aksa langsung mendorong quen agar menjauh

"Jangan memancing saya"
"Kakak bukan ikan yang bisa saya pancing, lagian kita bukan di danau kak kita di rumah sakit"
"Quen saya ini juga laki-laki"
"Siapa bilang kakak cewek"
"Sudah kalo kamu ingin saya tetap disini jangan seperti itu, kalo kamu tetap seperti itu saya akan panggil tia untuk menemani kamu disini" quen menghela nafasnya menghentikana kejailannya

"Oke oke saya diam" ucap quen kembali bersender di dada aksa, aksa yang kembali fokus dengan televisi merasakan getaran di sakunya. Aksa menatap benda pipih itu membaca pesan yang tertera membuat aksa kaget dan tanpa sadar mendorong quen

"Awww sakit kak apansih"
"Maaf maafkan saya, saya akan minta tia untuk menemani kamu saya harus keluar sebentar"
"Tapi...."
"Kamu disini saya hanya sebentar" ucap aksa lalu pergi meninggalkan quen

MY BODYGUARD MY BOYFRIEND (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang