Seorang perempuan sedang menikmati angin malam jakarta hingga seseorang datang sambil berlari ke arahnya
"Lo gila tau gak"
"Gila kenapa?"
"Kenapa lo celakain dia, lo hampir bunuh orang" ucap laki-laki itu sedikit berteriak"Gue hanya bantu lo untuk menyelesaikan tugas lo dengan cepat"
"Tapi enggak dengan membunuh orang"
"Terus gue harus ngikutin cara lo yang lambat itu hah? Gue gak tahan liat lo lebih lama lagi bareng dia" laki-laki itu menghela nafasnya mendekatkan dirinya dengan wanita di depannya"Ini masalah gue, lo gak perlu ikut campur gue gak mau lo terlibat"
"Sampe kapan hah gue cemburu liat lo sama dia" laki-laki itu tersenyum lalu membawa gadis itu kepelukannya"Gue milik lo" ucap laki-laki itu memeluk wanitanya dengan erat
"Jangan mencemaskan hal yang gak mungkin dan jangn ngelakuin apapun yang bisa membahayakan lo" wanita itu hanya mengangguk dalam pelukan.
Sedangkan di sisi lain quen melihat kamera cctv yang ada di rumah sakit bersama dua orang yang paling dia percaya.
"Aku mencurigai dua orang mbak salah satunya aksa" tia mendengar itu kaget bagaimana bisa quen mencurigai orang yang dia suka
"Lo yakin quen?"
"Walaupun gue suka sama dia tapi gue juga gak mau jadi begok percaya apapun yang di lakuin mbak, gue udah ngamatin dia sama tina emang ada yang aneh" quen menghela nafasnya mematikan video di laptopnya"Kasus penembakan daddy udah ketemu?"
"Belum non masih dalam penyeledikan"
"Kirim semua laporannya dengan detail ke saya, saya yakin kasus penembakan dan penusukan itu orang yang sama" quen merebahkan badannya merasakan perih di bagian pinggangnya yang tertusuk"Kalo terbukti ini ada kaitannya dengan aksa dan tina, gue gak bisa maafin mereka walaupun gue sayang mereka mbak" tia menghela nafasnya mendekatkan dirinya dengan quen mencoba menguatkan quen
"Udah mending lo istirahat gak usah mikir yang aneh-aneh dulu" ucap tia, disaat bersamaan aksa baru saja datang dengan wajah yang tegang
"Pak arif kebetulan ketemu disini ada yang mau saya bicarakan, kita keluar sebentar"
"Gak usah ngomong disini aja"
"Tapi.."
"Kakak udah janji sama aku untuk nurutin kata-kata aku" aksa menghela nafasnya terpaksa menuruti kemauan quen"Saya sudah menemukan pelaku penembakan dan penusukannya" quen dan tia langsung menatap kaget ke arah aksa.
"Maaf saya tidk memberi tahu bapak karena saya mencari tau sendiri siapa pelakunya"
"Sekarang dimana pelakunya?" Tanya quen mendesak tapi tatapannya tetap tenang"Di markas tapi mereka semua tidak bisa berbicara"
"Hah!!" Ucap quen kaget bukan hanya quen tapi tina juga sama kagetnya"Gak mungkin pas penusukan aku dengar dia berbicara sama aku"
"Mungkin bosnya sengaja memotong lidahnya agar dia tak bisa membocorkan rahasianya"
"Gila, pak arif awasi mereka cari semua informasi tentang mereka dan kirim semua laporannya ke email saya secara detail"
"Siap non" pria baruh baya yang bernama arif itu langsung keluar dari kamar.Quen menatap curiga ke arah aksa yang sejak tadi hanya diam menatap quen "kenapa bisa?"
"Maksud kamu?"
"Kenapa bisa kakak bisa menemukan pelakunya dengan waktu singkat?"
"Saat penusukan saya menemukan ktp nya terjatuh di lantai"
"Oh yaa?" Ucap quen sedikit tersenyum meremehkan lalu tersenyum ke arah aksa"Makasih kak"
"Sama-sama sudah tugas saya" quen hanya mengangguk mengambil benda pipih di sakunya"Mbak minta tolong cari info lagi tentang kasus penembakan dan penusukan itu" quen mengirim pesan ke tia yang langsung diangguki oleh tia
"Karena kamu sudah disini jadi mbak kayaknya harus pulang"
"Makasih mbak" ucap quen lalu pergi meninggalkan aksa dan quen."Kakak keluar mencari pelakunya aja?"
"Iya"
"Kakak udah makan?"
"Udah tadi" quen hanya diam lalu merebahkan badannya dan memegang perutnya karena merasakan kesakitan. Aksa yang melihat itu langsung mendekat ke arah quen"Masih sakit?" Quen mengeleng kepalanya namun quen tidak bisa menyembunyikan rasa sakitnya, sedangkan aksa langsung membantu quen untuk menyamankan tempat tidurnya
"Udah nyaman?" Quen mengangguk menarik nafasnya untuk menghilangkan rasa sakitnya di perutnya.
"Kaka disini ya temenin aku" aksa menganggukan kepalanya menemani quen sampai quen benar-benar terlelap.
Aksa menatap wajah tenang quen yang terlelap mengelus wajah cantiknya "kamu terlalu sempurna buat aku yang brengsek quen"
"Kamu selalu tanya ke aku apa aku suka sama kamu, apa aku pernah menganggap kamu seorang wanita, jawabannya iya aki suka bukan sebagai adik tapi sebagai perempuan" aksa menghela nafasnya lalu mencium kening quen dengan lembut
"Ada rasa yang tak perlu dimanja ada cinta yang tak perlu di perjuangkan quen, termasuk rasa aku ke kamu" ucap aksa yang masih menatap quen di lelapnya.
Saat aksa sedang menatap quen, seseorang perempuan masuk ke dalam kamar quen. Aksa kaget bagaimana bisa perempuan ini masuk padahal penjagaan di depan sangat
"Kenapa bisa?"
"Dia tidak papa kan?"
"Bukannya itu yang anda mau"
"Saya masih punya hati nurani" aksa tersenyum remeh ke arah wanita tersebut."Tapi anda sudah mencelakainya anda tidak bisa mengelak itu"
"Saya hanya benci ayahnya" aksa tertawa walaupun tidak begitu terdengar"Saya masih punya hati nurani di banding kamu yang membohongi dia, yang begitu mencintai kamu" aksa menatap tajam ke arah wanita itu
"Ingat perjanjian kita sa, kamu tidak boleh mencintai anak itu, apaalgi berhubungan dengan dia" setelah mengatakan itu wanita itu keluar dari kamar quen.
Aksa memukul tembok di dekatnya dan membuat quen terbangun dari tidurnya "enggh". Aksa langsung menatap ke arah quen
"Maaf saya membangunkan kamu"
"Enggh kenapa kak ada masalah?" Tanya quen dengan suara seraknya khas orang baru bangun."Gak papa saya tadi hanya kesal dengan game yang saya mainkan" ucap aksa yang hanya diangguki oleh quen.
"Haus" ucap quen lalu dengan sigap aksa mengambilkan segelas air minum, saat quen sedang minum arif masuk ke dalam kamar
"Kenapa pak? Ada masalah?"
"Bapak sudah siuman beliau mencari non" quen tersenyum mendengar kabar yang dia tunggu sejak tadi."Antar aku ke ruangan dady" aksa mengangkat badan quen sedangkan arif mengambilkan kursi rodanya. Quen keluar kamar menatap semua pengawalnya yang menjaganya sejak tadi.
Aksa mendorong kursi roda quen sampai di ruangan bimo, quen tersenyum ke arah bimo yang masih terlihat lemas
"Kamu kenapa sayang, kenapa di kursi roda?" Tanya bimo khawatir sedangkan quen mengenggam tangan bimo untuk menenangknnya
"Gak papa dad cuma luka dikit kok gak sebanding sama rasa sakit yang daddy rasain" ucap quen yang sudah menitikan air matanya
"Maafin quen ya udah ngomong tinggi sama dady tadi pagi maafin quen" ucap quen sedangkan bimo hanya mengelus rambut anaknya
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BODYGUARD MY BOYFRIEND (Completed)
Ficção AdolescenteAletta gadis cantik dan mungil anak dari mafia dan pengusaha terbesar di indonesia yang di takuti sekakligus banyak yang memusuhi dan ingin menjatuhkan keluarganya membuat sang ayah menyewa bodyguard untuk anak gadisnya. Namun siapa sangka jika Al...