Di jam yang sama, Jeno menjemput Aeri di rumahnya. Dan Nathan lagi-lagi tidak mengunci pintunya, membuat Aeri bebas keluar rumah. Semoga saja Nathan tidak disengaja tidak mengunci pintu.
"Kita mau makan malam?" Tanya Jeno saat di perjalanan, setelah Jeno menarik tangan Aeri untuk memeluknya.
"Apa ajakan lo masih berlaku?" Tanya Aeri, namun Jeno tidak nenyahut karena tidak nengerti.
"Nginep di apart lo" lanjut Aeri.
"Ya, boleh. Kenapa tiba-tiba?"
"Hmm g-gue, gue cuma mau nginep" sahut Aeri dengan suara terbata.
"Terus, sekarang lo gak takut Nathan marah?" Tanya Jeno yang membuat Aeri mengeratkan pelukannya.
"Ri?"
"Gak apa-apa"
**
Jeno dan Aeri pun sampai di apart. Aeri dapat melihat bahwa ini adalah apart yang sederhana, namun begitu nyaman dan bersih.
Prang!
Keduanya terkejut saat mendengar suara pecahan kaca. Di ambang pintu kamar, Ara nampak terkejut melihat Aeri, membuat Aeri nendekat pada Jeno.
"Kakak kenapa?" Tanya Jeno, lalu ia melirik Aeri yang menunduk.
"O-oh, enggak. Kakak kaget kamu bawa teman perempuan selain Sena kesini" sahut Ara, lalu ia hendak memunguti pecahan gelasnya, namun Jeno melarangnya.
"Biar aku aja" ujar Jeno, dan Ara mengangguk, namun matanya masih mengarah pada Aeri, membuat Aeri tidak nyaman.
"Jen, kakak mau makan topoki bibi Yoon" lirih Ara yang membuat Jeno menoleh, lalu ia beranjak dari posisinya.
"Biar aku beliin" ujar Jeno seraya membuang pecahan gelas itu ke tong sampah.
"Ri, disini dulu ya? Gue gak lama" ujar Jeno pada Aeri, dan Aeri mengangguk.
Jeno pun keluar dari apart, Aeri melirik Ara sejenak, dan ia terkejut saat Ara sudah berada di dekatnya.
"Gimana bisa?" Lirih Ara yang terus memandang wajah Aeri.
"J-jung Aeri" lirih Ara lagi.
"Kakak kenal aku?" Tanya Aeri dengan dahi berkerut.
"Benar kamu Jung Aeri?" Tanya Ara, dan Aeri mengangguk kecil.
Ara tampk berkaca-kaca dengan tatapan tak percaya. "Gimana bisa?"
"Maksud kakak apa?"
"Kamu gak ingat? Ini aku, Lee Ara. Kita sempat ketemu sebanyak dua kali di rumah kamu sekitar empat tahun yang lalu. A-aku teman perempuannya Nathan" Ujar Ara seraya menyentuh bahu Aeri.
"Setahuku Kak Nathan gak pernah bawa temen perempuan ke rumah. Atau mungkin aku lupa" Aeri menggeleng kecil.
Sontak Ara memundurkan langkahnya. "A-aku, aku gak ngerti" lirih Ara.
"Demi Tuhan, aku lihat Nathan bunuh kamu di Toilet empat tahun yang lalu" ujar Ara yang membuat Aeri terkejut. Ara sudah terisak lirih, dengan tangan yang gemetar.
"Aku gak mungkin salah liat, dan masalahku sama Nathan yang melibatkan Jungwoo, itu berasal dari aku yang lihat Nathan membunuh kamu"
Aeri hanya diam dengan tatapan terkejutnya, ia tidak mengerti dengan ucapan Ara. Nathan tidak mungkin membunuhnya, buktinya ia masih hidup hingga saat ini.
"T-tolong jangan cerita hal buruk tentang kak Nathan, dia gak mungkin bunuh aku" lirih Aeri.
"Tapi aku gak mungkin salah liat, aku hafal wajah kamu walau baru dua kali bertemu. Ada apa ini?" Bola mata Ara bergerak gelisah. Lalu tiba-tiba ia memasuki kamarnya dan menguncinya dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARE OR DARE || 100 Days✔️
Fanfiction[END] Berawal dari Permainan yang mereka mainkan, semuanya menjadi kacau. - Adegan bunuh diri - Kekerasan