Aeri dan Nathan tengah sarapan bersama, Aeri hanya makan sedikit, ia terus berdeham karena tenggorokannya terasa sakit akibat cekikan Nathan kemarin malam.
Nathan meminum airnya sambil memperhatikan Aeri.
"Ada apa?" Tanya Nathan.
"Enggak ada, kak"
"Ada yang sakit? Bilang aja"
"Kayaknya aku mau flu" sahut Aeri, dan Nathan hanya mengangguk kecil.
"Beli obat aja sendiri, pintunya gak aku kunci" ujar Nathan seraya beranjak dari kursinya.
"Aku pergi dulu" gumam Nathan, dan Aeri mengangguk. Nathan pun pergi.
Yang membuat Aeri aneh, Nathan bersikap baik sejak semalam, bahkan Nathan membiarkannya keluar untuk membeli obat.
Nathan tidak mungkin merasa bersalah, entahlah, mungkin Nathan punya tujuan tersembunyi setelah ini.
**
Aeri sudah berada di apotek dekat rumahnya, ia sengaja tidak menurunkan maskernya karena malu.
"Hmm kak, apa ada obat kayak gini?" Tanya Aeri seraya memberikan contoh obat yang ia cari di Internet dengan ponselnya.
Si pelayan apotek mengerutkan dahinya.
"Maaf, untuk siapa?"
"I-ibuku" sahut Aeri dengan gugup, yang membuat pelayan apotek itu curiga, lalu ia tersenyum ramah pada Aeri.
"Ada, tunggu ya"
Aeri mengangguk kecil, tak lama pelayan wanita itu kembali. "Aku beritahu ya dik, ini adalah obat pencegah kehamilan. Bilang ibumu, obat ini harus diminum dua hari setelah masa haid selesai"
Aeri terdiam, ini adalah masa suburnya.
"Obat ini tidak akan bekerja jika ibumu sudah melakukannya dengan ayahmu di masa subur" lanjut pelayan itu dengan suara pelan, kebetulan pula apotek sedang sepi pagi ini.
Alasan si pelayan mengatakan hal itu karena ia curiga bahwa obat itu untuk Aeri, ia tidak berniat mempermalukan Aeri, m hanya saja ia ingin memberitahu cara mengonsumsi yang benar.
"O-obat flunya satu lembar" lirih Aeri, dan Pelayan itu mengambilkannya.
"Ada lagi?"
"Sudah"
Aeri pun membayar total pembeliannya, lalu ia pergi meninggalkan apotek itu dengan langkah cepat.
"Bukankah itu Jung Aeri? Adiknya Nathan" tanya seorang pelayan lain yang duduk di pojok ruangan.
"Ya, biasanya Nathan yang beli obat. Dan, setauku orang tuanya udah meninggal, tapi dia beli obat buat ibunya" sahut pelayan itu.
**
"Aeri"
Aeri yang baru saja membuka pintu pagarnya terkejut, ia mendapati Jaehyun yang keluar dari mobilnya.
Aeri menundukan kepalanya sejenak.
"Apa kabar?" Tanya Jaehyun.
"Baik pak"
Jaehyun melirik rumah Aeri yang tampak sepi, tidak ada mobil yang terparkin di halaman rumahnya.
"Ada apa ya pak?" Tanya Aeri berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Boleh saya mampir? Saya mau nanyain beberapa hal sama kamu"
Aeri terlihat bingung, membuat Jaehyun tersenyum kecil. "Di depan aja, gak perlu masuk" ujar Jaehyun, dan Aeri mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARE OR DARE || 100 Days✔️
Fanfiction[END] Berawal dari Permainan yang mereka mainkan, semuanya menjadi kacau. - Adegan bunuh diri - Kekerasan