DOD || 22

25.4K 3.9K 748
                                    

Nathan masih terduduk di kursi pojok Cafe, mata tajamnya memandang keluar jendela, membuat siapapun enggan mengusiknya.

"Pesanan lo"

Kecuali seorang laki-laki yang kini duduk di hadapan Nathan, membuat Nathan mengeraskan rahangnya.

"Mau cek dulu?"

"Kenapa lo yang anter?" Tanya Nathan, sebab yang mengantar pesanannya bukan Jeno, melainkan Jaemin.

Jaemin mengerutkan dahinya. "Emang tugas gue dari lama, Hyunjin juga ngabarin tadi"

"Lo berdua mainin gue" desis Nathan namun dengan seringaian mengerikan, sontak Jaemin tertawa pelan.

"Jadi, lo berharap siapa yang dateng?" Tanya Jaemin yang terlihat santai, ia pun meminum kopi yang tersedia di sana.

"Jeno"

"Uhuk uhuk" sontak Jaemin tersedak kopi yang sudah ia telan beberapa tegukan.

Nathan menyeringai. "Efeknya cuma sehari" gumam Nathan seraya meraih paperbag kecil dan pergi meninggalkan Jaemin.

Jaemin masih terbatuk, ia pun beranjak dari pergi dari Cafe, menggunakan Arah yang berbeda dengan Nathan.

Jaemin berjalan terburu-buru, rumahnya tidak jauh dari sana namun saat ini terasa jauh baginya.

"Arghh sial" maki Jaemin yang terjatuh di bawah lampu gang, ia duduk bersandar sambil memukul dadanya sendiri. Nafasnya sesak, bahkan hingga wajahnya memerah.

Jaemin pun berusaha beranjak, ia berjalan gontai sekarang, rasa sesak itu semakin menderanya. Entah apa yang Nathan masukan kedalam kopi yang Ia minum.

Setelah sampai di rumah, Jaemin jatuh terbaring di ruang tamu. Tangannya gemetar dengan dada yang naik turun secara cepat, matanya mulai sayu dan pada akhirnya ia tak sadarkan diri disana.

**

Blam

Aeri terperanjang saat mendengar suara pintu yang dibanting keras, ia hendak pergi menuju kamarnya, namun nathan menghadang jalannya.

"M-maaf kak, aku haus"

Nathan menarik dagu Aeri, hingga mata mereka saling bertatapan. Aeri yang menatap Nathan dengan takut, dan Nathan yang menatap Aeri dengan dingin.

"Ahk" pekik Aeri hingga satu roti di tangannya terjatuh ketika tiba-tiba Nathan mencekik lehernya.

"Kamu Jung Aeri, tapi bukan adikku" Desis Nathan sambil tersenyum mengerikan, lalu Nathan lebih mendekat pada Aeri, membuat Aeri berusaha mendorong dada Nathan.

"Dan..." lirih Nathan sambil mendekatkan wajahnya dengan wajah Aeri.

Sungguh, Aeri tidak bisa menatap Nathan dalam jarak sedekat ini, Nathan benar-benar mengerikan.

Kini kedua tangan Nathan berada di leher Aeri, secara tiba-tiba Nathan mencium Aeri yang membuat Aeri terkejut.

Hal ini terjadi lagi, setelah sebulan lalu Nathan hampir memperkosanya saat mabuk.

DARE OR DARE || 100 Days✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang