TsukiSara 3

313 38 4
                                    

Sarada menunduk pasrah. Bukan hanya tugasnya, tapi karena bisik-bisik bernada pedas teman-temannya. Mungkin Ayame tidak mendengar tapi Sarada mengetahuinya dengan jelas.

"Bawa nampan ini."

Sarada menerimanya dengan hati-hati. Tubuhnya terasa bergetar membayangkan dirinya menjalankan tugas untuk Raja. Sarada takut tidak bisa memberikan yang terbaik. Tanpa terasa, mereka berdua telah sampai di depan pintu kamar milik Raja.

🍃

🍃

🍃

TsukiSara

🍃

🍃

🍃


Mitsuki kembali merasakan desiran angin di balkon kamarnya. Sesuatu yang membuatnya rindu setiap kali mengingat sosok yang sama. Betapa pun hati berusaha melupakan, tapi dersik yang menyerupai sebuah belaian di masa lalu tak mampu membuatnya lupa sedikitpun.

"Sara."

Sebuah angin yang lebih lembut dan menenangkan menerpa saat nama itu terucap. Disaat yang sama, sebuah langkah membuatnya berbalik.

"Permisi Yang Mulia, saya membawakan makanan dan obat untuk anda."

Mitsuki tak menjawab namun membiarkan Sarada meletakkan nampan di atas meja. Sarada tau akan tidak sopan jika berlama-lama tinggal di kamar ini. Ia bergegas mengundurkan diri sesudah memberikan hormat pada Raja yang belum beranjak dari balkon.

"Tunggu!"

Langkah Sarada terhenti. Perlahan berbalik menatap Sang Raja yang mulai melangkah masuk.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Deg!

Sarada sangat terkejut namun berusaha bersikap seperti biasa. Gugup melanda menghadapi Mitsuki yang begitu dekat dengannya.

"Tidak sama sekali, Yang Mulia."

Sarada hendak membungkukkan tubuhnya lagi, namun seorang putri kerajaan masuk tanpa permisi. Untuk beberapa saat Sarada terpaku melihat sosok yang sedang menautkan tangannya di lengan Sang Raja.

"Ka-kalau begitu, saya pamit undur diri, Yang Mulia."

"Ya ya, sana pergi! Dasar pelayan!"

Sarada sangat tersinggung pada jawaban gadis berambut putih pucat di sebelah Mitsuki. Menyaksikan Mitsuki diam saja saat gadis aneh itu datang tambah membuatnya kesal.

Dasar, kau tidak pernah berubah, Kyouka!

Batin Sarada. Langkahnya begitu cepat membuat dua penjaga di sisi pintu kamar Raja menjadi bingung.

"Ada apa dengannya?"

"Entahlah! Tapi kalau dilihat-lihat, dia cantik ya?"

"Kau benar. Dan sepertinya aku pernah melihat dia sebelumnya, tapi dimana ya?"

Sarada terus mempercepat langkahnya menuju taman belakang. Tempat itu tidak banyak berubah sejak terakhir ia menginjakkan kaki disini. Sarada berlari semakin kencang sesuai sebuah ingatan yang menampakkan seorang putri kecil yang berlari menghampiri seorang pangeran, namun langkahnya harus terhenti karena sebuah batu membuatnya terjerembab di tanah berumput.

TsukiSaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang