Dekapan Sarada merenggang. Kedua tangan itu beralih menyeka air mata.
"Aku tidak memiliki keberanian sebesar itu. Bagaimana jika Yang Mulia Raja memberikan hukuman lagi?"
"Tidak ada cara lain, Sarada. Lagipula dengan kau kembali, memangnya apa yang bisa kau lakukan? Itu malah membuat semua orang semakin membencimu."
🍃
🍃
🍃
TsukiSara
🍃
🍃
🍃
"Tidak ada cara lain, Sarada. Lagipula dengan kau kembali, memangnya apa yang bisa kau lakukan? Itu malah membuat semua orang semakin membencimu."
Sarada memejam kuat mengingat kata-kata Ayame. Kini sebuah nampan berisi obat dan makanan kembali ia bawa menuju kamar raja. Berupa kesialan baginya karena saat ini ia sangat takut untuk berhadapan dengan Mitsuki.
"Nona Sarada, jangan melakukan kesalahan lagi."
Mata Sarada terbuka bersama dengan senyumnya, menanggapi pesan salah satu penjaga di dekat sana. Menghela napas berkali-kali sudah ia lakukan tapi tubuhnya masih bergetar hebat, Manik onyx itu membulat melihat sang Raja sedang duduk di tempat tidur dengan tatapan kosong menatap ke dua tangannya.
"Ke-kemuliaan bagi Yang Mulia Raja. Ettou, saya membawakan obat dan makanan malam ini."
Suasana tegang menyelimuti. Tidak ada jawaban sedikitpun sampai beberapa menit lamanya. Sarada masih di pintu selagi Mitsuki belum memberikan ijin masuk.
"Aku sempat berpikir apa yang membuatmu datang ke kerajaan ini. Katakan apa rencanamu, Sarada!"
"A-apa maksud ,Yang Mulia? Saya tidak mengerti."
Mitsuki tersenyum menghampiri Sarada. Mengambil nampan di tangan gadis itu lalu meletakkannya di meja. Entah kenapa Mitsuki agak berbeda diihat dari senyumnya yang penuh selidik.
"Aku telah banyak membantai para penghianat di perbatasan. Ku lihat, satu-satunya desa di tempat tampak baik-baik saja. Mereka bekerja dan mendapatkan kehidupan yang layak."
Sarada berusaha tenang. Ia merasa Mitsuki sedang menguji kejujurannya. Meski keringat dingin mulai membasahi, tapi sebisa mungkin ia memasang ekspresi tak bersalah.
"Kau berbohong."
"Sama sekali tidak, Yang Mulia. Memang sebagian warga masih bisa melakukan aktivitas dengan baik tapi keluargaku ti-"
"Kau tidak memiliki keluarga."
Kini Sarada benar-benar takut. Tak disangka, Mitsuki mengorek sebagian identitasnya sedemikian cerdik. Sarada tidak mengerti mengapa, yang jelas kecurigaan Mitsuki benar-benar membuatnya bergidik. Jikalau Mitsuki mengingat sebagian ingatannya yang memudar, mungkin takkan menjadi masalah tapi situasi telah berbeda. Ini diluar dugaannya.
"Saya tidak berbohong, Yang Mulia! Saya hanya mencari pekerjaan."
"Tapi tatapanmu berkata lain. Apa aku harus menghukummu lagi agar kau mengaku? Karena aku ingin tahu, apakah kau salah satu penghianat di perbatasan atau dari pihak lain."
"Jangan hukum saya lagi, Yang Mulia!"
Lagi-lagi sikap Sarada menimbulkan rasa sakit di hati Mitsuki. Bayang-bayang Putri Sara seolah terpancar dari diri Sarada.
KAMU SEDANG MEMBACA
TsukiSara
RomanceCover by me! Bagi Mitsuki, hidup adalah sebuah kesempatan untuk menyalurkan ambisi. Bertahun-tahun hidup tanpa cinta dengan lumuran kebencian adalah bagian hidup yang terkutuk. Tidak ada yang luput dari sifat haus darah yang merasuk diseluruh pembul...