TsukiSara 15

211 28 3
                                    

"Tentu tidak, Yang Mulia. Saya dan Sarada akan menerima apapun keputusan anda."

"Kalau begitu bawa barang-barang Sarada kemari!"

"Baik, Yang Mulia."

Ayame undur diri dengan tanda tanya besar di pikirannya. Keputusan itu begitu mendadak, apalagi ia teringat pada hukuman yang Sarada terima saat itu. Ayame merasa buruk membayangkan apa yang akan Sarada lalui nanti.

🍃

🍃

🍃

TsukiSara

🍃

🍃

🍃

"Apa-apaan keputusanmu itu?! Mana mungkin aku-"

"Ssst.. Keputusan Raja tidak bisa diganggu gugat!"

"Tapi, Tsuki.. Apa kata orang-orang nanti?"

Raja bermata gold bangkit dari tempat duduknya. Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkar di pinggang Sarada, membuat jarak diantara mereka terhapus sepenuhnya.

"Aku sempat berhenti memikirkan hal ini, tapi sekarang aku ingin terus bersamamu hanya ada kau dan aku."

"Tsuki, apa maksudmu?!"

"Tenanglah! Aku hanya ingin mengenang masa kecil kita. Semua yang harusnya terjadi di masa lalu, aku ingin merasakannya lagi."

"Hn, kita terlalu dewasa untuk memikirkan hal kekanak-kanakan!"

"Tidak masalah!"

Cup!

Mata Sarada membola berkat sensasi lembut di pipinya. Wajahnya bersemu merah bersama dengan detak jantung yang karuan.

"Kyaaa! Kau pikir itu yang dilakukan kita saat kecil?!! Aku masih sangat mengingat masa kecil kita dan itu tidak pernah terjadi!!"

"Lalu?"

"Huh, apa karena ingatanmu semakin melemah kau jadi aneh begini?!"

"Teruskan saja! Aku suka puisimu."

Kyaaa!!! Bahkan kata-kataku tidak terdengar seperti puisi!!

Batin Sarada dengan wajah yang semakin bersemu hebat. Tatapan itu, senyum dan tawa kecilnya membuat Sarada salah tingkah.

🍃

🍃

🍃

TsukiSara

🍃

🍃

🍃

Penguasa malam bersinar terang di langit bersama sepasang kekasih yang sempat terpisah lama. Balkon kamar Mitsuki adalah salah satu saksi bisu kebersamaan mereka saat kecil. Memandang sinar lembut itu adalah satu kesenangan tersendiri bagi mereka. Baik Mitsuki dan Sarada mereka masih diselimuti rasa canggung. Keadaan di masa lalu dengan sekarang begitu berbeda ditambah lagi apa yang telah terjadi pada Sarada membuat Mitsuki terus merasa bersalah. Sarada bisa melihatnya dan memulai percakapan di tempat ini.

"Hey, Tsuki. Andai hingga kini kau tidak menyadari kalau aku ini Putri Sara, apa kau akan bersikap sama seperti ini pada Sarada si pelayan?"

"Entahlah. Tapi sejak awal kadang-kadang aku mengawasimu. Memastikan apakah yang kupikirkan saat itu salah karena kau terasa tak asing bagiku. Ya, jujur saja kenangan itu sudah memudar tapi aku selalu merasa kalau aku sangat mengenalmu. Beberapa kali aku ingin memastikan tapi rasa sedih dan kecewa menghalangi akal sehatku."

TsukiSaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang