Mitsuki mendengus pelan menatap Sarada tunduk hormat padanya. Sakit di pergelangan tangannya mulai terasa dan Mitsuki kehilangan niat untuk mengusir Sarada lagi.
"Satu lagi, Yang Mulia. Maaf karena tidak bisa menyampaikan pesanmu pada nona Ayame. Bagi kami, kesehatan anda lebih penting dari apapun."
Mitsuki perlahan menundudukkan dirinya. Sarada hampir saja menyentuh Mitsuki namun tangannya tertahan karena statusnya di kerajaan ini. Seorang pelayan tidak diperkenankan menyentuh Raja karena itu adalah bentuk ketidaksopanan. Paham itu sudah dianut seluruh kerajaan di negeri ini, tentu saja Sarada sangat paham pada aturan tak tertulis itu.
🍃
🍃
🍃
TsukiSara
🍃
🍃
🍃
Sarada menggenggam erat pergelangan tangannya. Lebih tepatnya gelang yang melingkar di lengan nya.
"Maaf kalau saya mengingatkan anda pada orang itu. Saya benar-benar tidak menyangka."
Mitsuki tersenyum tipis. Tatapannya begitu kosong dalam tunduk tapi ia bisa mendengar Sarada dengan jelas.
"Yang Mulia, saya tahu bahwa saya bukan orang yang pantas menasihati seorang Raja. Tapi saya ingin memberitahu anda untuk tidak melakukan hal seperti ini lagi. Dengan menyakiti diri sendiri, itu sama saja menyakiti banyak orang. Saya mendengar banyak cerita tentang hubungan anda dan Putri Sara. Saya yakin, Putri Sara pasti ti-"
"Cukup!"
Sarada tersentak menatap Mitsuki yang perlahan bangkit lalu berdiri di hadapannya.
"Aku tahu akan banyak yang kecewa dan sedih. Aku yakin, dia juga sama tapi rasa kecewaku lebih besar dari apapun. Kau mungkin paham apa yang aku maksud karena itulah, daripada memendam rasa kecewaku pada orang yang kucintai, akan lebih baik jika mati saja."
"Yang Mulia."
Mitsuki tersenyum menatap Sarada yang perlahan meneteskan air matanya namun senyum itu tampak mengerikan. Ada ekspresi kecewa, marah dan sedih berpadu di wajahnya.
"Kenapa? Ini tentangku dan dia. Jika ada yang menangis, itu adalah aku bukan dirimu."
"Maaf, saya hanya tidak ingin anda sakit lagi."
🍃
🍃
🍃
TsukiSara
🍃
🍃
🍃
Sarada mencuci nampan, gelas dan mangkuk setelah berlari dari hadapan Mitsuki. Tapi setidaknya saat ia senang karena untuk pertama kalinya, Sang Raja menghabiskan makanan dan meminum obatnya. Sarada mengetahuinya saat ia sadar tidak membawa kembali nampannya. Tepat di sisi pintu, Sarada sengaja menunggu Mitsuki meminum obatnya lalu meminta ijin mengambil alat-alat makan yang kotor.
"Permisi, kau Sarada kan?"
Sarada menoleh ke pemuda yang mengajaknya bicara. Raja dari kerajaan Uzumaki rupanya juga ada disana untuk membasuh tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TsukiSara
Любовные романыCover by me! Bagi Mitsuki, hidup adalah sebuah kesempatan untuk menyalurkan ambisi. Bertahun-tahun hidup tanpa cinta dengan lumuran kebencian adalah bagian hidup yang terkutuk. Tidak ada yang luput dari sifat haus darah yang merasuk diseluruh pembul...