TsukiSara 5

285 35 12
                                    

"Pu-Putri Sara.."

Lirihannya bergetar. Bayang bocah kecil serupa Putri Sara terpantul jelas di cermin kamarnya. Ekspresi bocah yang begitu datar seakan menyimpan suatu dendam yang besar.

"Tidaaak!! Menjauhlah dariku!!!"

Pekik Putri Kyouka sambil melempar sebuah anting ke cermin. Namun saat ia menatap cermin lagi, bayang Putri Sara telah lenyap.

🍃

🍃

🍃

TsukiSara

🍃

🍃

🍃

Sarada kembali menuruti perintah Ayame karena pelayan lain tidak ada yang berani masuk ke kamar Raja. Apa yang ada di nampan bergetar karena tangan Sarada yang tak hentinya menunjukkan gelagat aneh. Sarada benar-benar takut membayangkan sikap keras Mitsuki yang santer dibicarakan para seniornya.

Para penjaga menyilahkannya masuk. Sudah tidak ada alasan untuk mundur terlebih lagi kini Raja sedang menatap dingin ke arahnya. Sarada segera memberi hormat lalu meletakkan nampan itu di meja dekat ranjang.

Beberapa saat tak ada yang dirisaukan sampai Mitsuki bangkit mempertahankan ekspresinya. Kedua tangan pucat Mitsuki mencengkram kedua lengan Sarada dengan erat. Tatapan tajam itu berganti sendu. Jemari Mitsuki perlahan membelai rambut hitam Sarada dan berhenti di depan mata onyx nya.

"Kau mengingatkanku dengan seseorang."

Hati Sarada berdenyut sakit. Ingin rasanya berkata meski satu patah kata tapi lidahnya begitu kelu karena suasana yang begitu sendu. Ingin rasanya mengungkapkan pada Mitsuki bahwa orang yang dia bicarakan adalah dirinya sendiri. Ia memiliki banyak bukti untuk mengungkapkan tapi entah kendala apa yang membuat Sarada enggan mengatakannya.

"Kau takut? Sekejam itu kah aku hingga pelayan baru pun begitu takut padaku?"

"Ti-tidak, sa-saya.."

Mitsuki tersenyum mengejek dirinya sendiri. Ekspresi takut itu sudah menjadi pemandangan yang biasa terlihat di matanya. Semua orang menghormatinya karena rasa takut. Kehormatan yang diperoleh dari rasa takut begitu menyiksa batinnya. Sara pernah berkata bahwa seorang Raja yang disegani banyak orang adalah sosok yang memperoleh kehormatan karena kasih sayang, tapi sejauh ini Mitsuki hanya mendapatkan rasa takut. Tanpa Mitsuki sadari, kali ini rasa takut itu justru datang dari gadis yang pernah mengatakan kalimat itu padanya. Seorang Sara yang bersembunyi di balik nama Sarada justru begitu takut padanya.

"Ini pertama kalinya aku berbicara banyak dengan seorang pelayan. Mungkin aku memang sudah gila."

"Yang Mulia."

Cengkraman di bahu Sarada terbebas. Manik onyx Sarada bergetar menatap Mitsuki menyerahkan nampan beserta makanan dan obat padanya.

"Tapi, Yang Mulia.."

"Pergi! Katakan pada Ayame, tidak perlu repot menyiapkan makanan untukku."

Sarada bergegas pergi. Sentuhan dan tatapan itu membuat Sarada merinding. Tubuhnya seolah kehilangan tenaga saat melangkah ke dapur. Sesak menahan tangis sepanjang perjalanan menuju dapur. Sebentar lagi ruangan itu terlihat dan saatnya meluapkan rasa sakitnya dalam tangisan.

"Nona Ayame, maafkan saya! Saya tidak bisa membujuk Yang Mulia Raja!"

"Tidak apa-apa, Sarada. Tapi aku khawatir jika sesuatu yang buruk terjadi pada Raja."

TsukiSaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang