19

8.9K 730 15
                                    

Tidak dalam kondisi terbaiknya, Renata limbung saat sesi foto keluarga setelah akad. Untung Doni sempat menangkap tubuhnya. Dia dibawa ke kamar yang diperuntukkan bagi pengantin. Tidur selama satu jam membantunya lebih baik.

"Gak usah keluar kalau nggak kuat." Aulia menempelkan punggung tangannya di kening Renata.

"Aku nggak demam Bang, cuma pusing sedikit." Renata beranjak bangun dari tidurnya. Tim tata rias memintanya berganti pakaian dan merapikan make up-nya yang luntur.

'Apa jadinya jika di resepsi pernikahanku sendiri aku menyembunyikan diri.' Renata membatin.

Giselle dan Nita bukan seorang PR yang baik. Membayangkan di kantor nanti, rekan-rekan mungkin akan menginterogasi karena informasi asal yang dikatakan mereka berdua. Berkali-kali Renata mengalaminya.
Postingan di instagram, misalnya. Tangan kekar yang sempat ikut tercetak di foto ketika berlibur ke Thailand menjadi olok-olok orang kantor. Padahal, saat itu dia meminta guide memfotonya di sebuah objek wisata.

"Lo keren, Ta. Nggak jadi kawin sama Si Dion bisa ngegeret cowok lain ke KUA." Renata yang mengalami nasib nahas kegagalan pernikahannya dengan Dion menyembunyikan diri dari kantor selama seminggu. Tuan Francois, teman papanya Dion, yang tahu sekali kejadian tak mengenakkan itu mengabulkan permintaan cuti Renata.

Renata menghibur diri seakan semuanya baik-baik saja dengan meng-upload beberapa postingan ke medsos. Hasilnya, dia diinterogasi beberapa rekan saat masuk kantor.

"Siapa laki itu, Ta? Padahal gue seneng banget lo gagal kawin. Kali masih ada kesempatan buat gue." Radit, Ketua Tim 2 Marketing Senior mencecarnya.

"Maksud lo, apa?" Renata kebingungan. "Giselle bilang, 'Dion mah lewat. Renata jadinya kawin sama temen SMA-nya. Dia lagi honeymoon'." Renata kaget. Dia tak sempat membalas keusilan Giselle yang sedang bertugas ke Surabaya karena Tuan Francois segera mengirimnya ke Filipina sebagai salah satu tim pendiri cabang perusahaan. Menjauh sementara waktu dari banyak tatap kasihan tetapi penuh tanya membuat kesembuhan psikologisnya lebih cepat. Maka ketika harus pulang karena kesehatan papanya memburuk, Renata sudah jauh lebih baik.

****

Seorang wanita mendekati pelaminan. Saat itu antrian tamu sudah sepi. Dia leluasa berbicara.
"Akhirnya lo kawin juga. Gue harap apa yang terjadi ke gue dan Dion  bakal terjadi juga sama lo." Renata mempererat genggamannya pada Aulia.

Dengan percaya diri wanita itu beranjak pergi. Renata menaikkan alis pada orang tuanya seolah berkata 'Kok bisa?'.

Inggar mengedikkan bahu, "Mama ngundang orang tuanya. Mana tahu Indah yang bakal datang."

"Oke, tetangga yang baik, " cetus Renata jengkel ketika teman masa remaja sekaligus orang ketiga dalam hubungannya terdahulu tiba-tiba hadir. Menodai momen bahagia dalam hidupnya.

"Kalau kamu kesal, artinya masih punya rasa sama mantan," desis Aulia dengan muka masam. Renata tak sempat menimpali karena para cucu dan cucu mantu Mimih yang pria datang mengajak foto bersama.  Mereka sudah berganti kostum kasual ala boyband. Inggar, Rudi, dan Sukma menyingkir.

"Belagak!" Renata mencibir.

"Dih, lo ngiri karena cucu cewek Mimih gak kompak kayak kita," balas Ardi. Menantu Laras yang juga teman sekolah Renata tak sungkan ber-lo gue.

"Iya, istri kita sibuk ngelap ingus bocah!" Bagas tertawa melihat Qorina, istrinya, tengah menenangkan putranya yang rewel di dekat stan minuman.

"Abang ipar, senyum dong," pinta Fadhil. Tak bisa menyembunyikan rasa, Aulia memasang muka datar sedikit masam.

"Muka Abang kayak talenan kayu yang tengahnya cekung keseringan dipake alas motong bahan kolak," bisik Indra pada kakak sepupunya.

"Eh?" Aulia menurunkan blankon ke wajah menutupi rasa malu terciduk bermuka kecut padahal dia selalu menjadi pemberi wejangan para sepupu dan ipar.

SEPUPU TAPI MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang