"Tantemu Inggar tinggal di Singapura sejak SMP. Ikut kakaknya Kakek yang nggak punya anak. Nenek nyesel gak ngebekelin ilmu agama yang kuat padanya." Pandangan Mimih menerawang ke angkasa.
"Sekarang mereka suami istri jauh lebih baik. Mungkin karena sudah pensiun. Banyak waktu untuk beribadah. Nggak kayak dulu. Sayang kebaikan nggak menular pada anak-anaknya." Kepalanya berputar beralih tersenyum memandang cucu pertamanya.
Aulia meraih tangan neneknya. Betapa dia menyayangi wanita tua ini. Pelindung saat diri dan adik-adiknya kehilangan sosok ayah.
"Karena itulah Mimih meminta Abang untuk menikahi Renata. Meluruskan yang bengkok."
∞∞∞∞∞
"Nikah sama Renata punya nilai ibadah tinggi, Bang." Sukma memulai ceramah pendeknya pada putra sulungnya. Dia sedang mengupas buah. Sukma, Aulia, dan Qorina sedang berada di dapur mempersiapkan menu buka puasa.
Qorina yang sudah menikah dan memiliki bayi kecil berumur enam bulan masih tinggal bersama bunda dan abangnya. Suaminya yang bekerja di luar kota pulang setiap minggu. Dia sedang mengurus mutasi kerjanya mengikuti dinas suami.
Aulia hanya diam sambil tangannya tetap mengupas ubi. Dia mau membuat kolak. Ini hari kamis, segar rasanya jika bisa berbuka puasa dengan yang manis.
"Keluarga tante kalian itu lho. Ihhh gimana ya ...."
"Hati-hati, Bun. Jatuhnya gibah. Apalagi ngomongin adik sendiri." Aulia tersenyum.
"Dari dulu Bunda nggak sreg sama gaya hidup hedonnya mereka. Tantemu Inggar, dia pintar. Tapi nggak cukup pintar buat ngarahin keluarganya jadi orang yang tawadhu, istiqomah."
"Yee ... kan nakhoda kapalnya Om Rudi, Bun." Qorina mengoreksi Bundanya.
"Beruntung Doni dan Renata cerdas seperti orang tuanya. Tapi kebiasaan mereka itu, iiihhh ...."
"Qori pernah waktu nginep di rumah mereka lihat Kak Doni pulang sambil mabuk. Kata pekerja di rumah mereka, sudah biasa lihat Si Aden begitu." Qorina bergidik.
"Sampai sekarang bahkan Renata masih suka clubbing sama dua temannya. Nggak mabuk, sih. Tapi tetap saja pulang malam bagi perempuan itu nggak bagus. Om Rudi sama Tante Inggar nggak pernah negor kalau hal-hal kayak gitu nggak baik."
"Mungkin ngingetin cuma nggak di depan kamu, Dek." Aulia berbaik sangka.
"Bunda yakin Renata wanita baik-baik. Mungkin tekanan di tempat kerja dan pergaulannya menyeret dia ke hal-hal yang kurang baik."
"Nah, tugas Abang meluruskan yang bengkok itu dengan cara yang ma'ruf."
Aulia menghela napas panjang. Perkatan Bunda dan Mimih sama, meluruskan yang bengkok. Memangnya yakin sang sepupu itu tulang rusuknya? Jika iya, tugasnya sangat berat.
Renata, sepupunya itu ....
Ganindra Aulia mengenal Renata sebagai wanita yang cerdas, orator ulung, ambisius dan ceplas-ceplos. Berbagai foto dan penghargaan yang terpajang di rumahnya menjadi pembuktian tentang itu.
Jiwa kepemimpinannya terlihat sejak kecil. Dia teman main Arin, adik keduanya, dan si kembar Indra Indri; anaknya Tante Laras. Di antara mereka berempat, Renata selalu berjalan di depan mendahului tiga saudara sepupunya.
Doni dan Renata punya darah blasteran dari Papanya. Perawakannya berbeda dengan saudara lain yang khas Indonesia. Tinggi semampai, putih dan cantik yang khas, serta cerdas. Paket lengkap bagi seorang pria yang berniat mencari calon istri modis dan cerdas masa kini.
Renata kuliah di Perancis karena ada saudara dari pihak papanya yang tinggal di negara itu. Dia bahkan tembus ke INSEAD. Prestasi besar yang menyebabkan di usia mudanya memiliki pencapaian karier yang gemilang.
Berbeda dengan kebanyakan lajang metropolis yang sudah mapan, dia tak meninggalkan rumah orang tuanya. Jika mau, bisa saja meminta fasilitas apartemen dari kantor. Namun, tak dilakukannya. Renata tetap tinggal bersama orang tuanya di Jakarta Selatan. Menempuh perjalanan ke kantor hampir satu jam atau lebih jika macet.
Tahun lalu, dia nyaris menikah dengan tunangannya dengan alasan yang sudah menjadi rahasia umum di keluarga mereka. Lalu pergi berbulan-bulan dan kembali dengan sosok yang lebih dewasa. Sedikit pendiam.
Berkali-kali mengingat sosok Renata, tak ada satu pun kriteria istri pilihan di kamus Aulia yang melekat pada diri sang sepupu.
∞∞∞∞∞
Sebenarnya Aulia berniat melanjutkan proses taaruf dengan Sofia, staf administrasi baru di kantornya. Aulia suka dengan pembawaannya yang kalem dan santun. Pakaiannya syari. Mereka biasa pengajian bareng di kantor.
Kebetulan masjid kantor memiliki komunitas kajian keislaman. Melalui Ustadz Zaki dan istrinya, Aulia pernah membicarakan tentang niat baiknya bertaaruf dengan Sofia. Dia sudah membaca riwayat hidupnya. Mereka memiliki banyak kecocokan.
Aulia satu-satunya bujangan stok lama yang belum sold out di kantor, karena itu rekan-rekan kantor sering menjodohkannya dengan gadis muda itu. Usia Sofia memang cukup jauh dengannya. Tak mengapa. Dia sudah terlatih hidup bersama dengan tiga adik perempuan dan paham kode-kodean ala kaum hawa. Menyenangkan rasanya membayangkan kehidupan pernikahan ala Rasulullah SAW dan Aisyah RA.
Belum ada kesempatan bertemu Ustadz Zaki untuk meneruskan taaruf, Bunda dan neneknya sudah bercerita banyak hal tentang Renata. Aulia tak enak hati menolak keinginan keluarganya.
∞∞∞∞∞
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUPU TAPI MENIKAH
RomanceRenata bingung menghadapi desakan keluarga besarnya untuk segera menikah. Secara finansial dan kemapanan hidup, dia merasa sudah siap. Tetapi pengalaman buruknya setahun lalu ditinggal nikah meninggalkan trauma tersendiri. Apa jadinya jika sang ne...