17

8.1K 767 16
                                    

"Jadi, gini. Bakda akad, saya siapin soto bening untuk kerabat yang hadir. Santan nggak bagus untuk lambung, apalagi masih pagi. Ditambah aneka jajanan tradisional sesuai tema pernikahan. Untuk main menu resepsi ... " Blablabla ... dengan lugas pria di depan Renata menjelaskan detail konsumsi yang mereka pilih.

"Gimana? Siiippp, 'kan?" Roni si pemilik Wedding Organizer terlihat senang.

Renata terpana menatap pria di depannya yang lalu tersenyum manis.

"Temanmu ngajak ngomong, Ta," kata Inggar datar. Dia mencolek lengan Renata. Renata tergagap. "Iii-- iya. Oke. Oke. Aku suka konsepnya. Lantas-- gimana buat resepsi?"

"Lho? Andika barusan jelasin. Lo gimana, sih, Ta?! Pangling, ya, ketemu mantan?"

Alis Inggar bertaut. Wajah Aulia memerah. Renata salah tingkah.

"Ups, sorry!" Roni menutup mulut.

****

Sore hari sesampainya di rumah.

"Tante, bolehkah kami bicara berdua?" Ganindra Aulia meminta izin pada calon ibu mertuanya. Inggar melirik Renata yang tampak gugup. Dia mengangguk.

Mereka duduk saling berhadapan di ruang kerja Rudi. Suasana hening cukup lama. Renata menunduk.

"Kita kenal sudah berapa lama, Ta? Abang merasa kenal kamu sepanjang usia kamu. Abang masih ingat saat Doni seneng banget punya adik perempuan. Ketika kamu tumbuh jadi adik yang ceriwis, gadis yang pintar, dan wanita yang menarik." Aulia tersenyum getir. Dia menghela napas berat.

"Abang menutup mata dari masa lalu kamu. Nggak mau tahu berapa banyak mantan pacar kamu dan apa yang sudah kamu lakukan dengan mereka. Namun, nggak bisa juga nahan cemburu saat mereka tiba-tiba datang." Nada suaranya berubah, ada geram amarah tertahan.

"Kamu benar-benar kenal Abang nggak? Nggak mau ngalah. Egois. Abang memang belum berhak atas kamu. Tapi ego Abang terluka dengan caramu tadi menatap dia. Di depan Mama dan temanmu, kamu berani mempermalukan Abang!" Aulia menggeram. Wajah dan telinganya memerah. Rahangnya mengeras. Urat-uratnya pelipis menonjol. Tangannya mencengkram kuat ujung meja. Kuku-kuku jari tangannya memutih. Tubuhnya bergetar. Renata menutup matanya ketakutan. Aulia bisa seseram ini saat marah meski tak bersuara keras dan bertindak kasar.

"Silakan kenyangkan nafsumu di sisa waktu enam hari ini!! Namun setelah itu, semua harus atas izinku!!!"
Aulia pergi meninggalkannya sendiri dalam keadaan marah. Sangat marah.
Renata menggeleng cepat. Demi Tuhan, dia tidak menyangka akan seperti ini.

Renata membeku. Tubuhnya terasa dingin. Tiba-tiba kenangan buruk itu berputar cepat di kepala.

Dion tak bisa menemaninya mencari hadiah pernikahan. Renata pergi bersama Nita. Dia sedang asyik memilih sepatu ketika ponselnya bergetar menerima pesan masuk.

Dion
[Sorry, Ta. Kita nggak bisa lanjut. Indah hamil. Anak aku]

'Aku tidak akan ditinggalkan untuk kedua kalinya, bukan?' Renata menggeleng cepat.
'Tidak, ini semua nggak akan terjadi kan?'

****

Roni
[15.56: Sorry, Ta. Gue bener-bener minta maaf. Keceplosan :( ]

[15.58: Gue sama Andika baru setahun ini kerja bareng. Dia nerusin usaha restoran nyokapnya.]

[16.00: Dia nanya siapa yang bikin acara. Ya gue jawab itu lo.]

[16.03: Terus, dia nanya lo kerja di mana. Ya gue jawab. Dia penasaran pengin ketemu lo.]

[21.45: Ta, bales dong jangan diem aja. Gue gak bisa tidur, nih!]

[22.00: Ta?? ]

[22.10: Taaaa??? Renata??!!!]

SEPUPU TAPI MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang