21

10.8K 713 7
                                    

Inggar menyodorkan gelas kecil minuman berwarna coklat kehitaman. Mereka berdua duduk di kursi bar. Aulia sedang mengambil mobil ke rumah bundanya. Sudah tiga hari kendaraan itu ada di sana. Ditinggalkan begitu saja karena Renata dan Aulia memilih pulang subuh menggunakan taksi online.

"Makasih, Ma." Renata meminum sedikit dan mengernyit. "Pahit."

"Habiskan."

Masih di bawah tatapan tajam ibunya, Renata meminum sedikit demi sedikit hingga gelas benar-benar tandas.

"Mana gula merahnya?"

Inggar memberikan piring kecil berisi potongan kecil gula merah yang segera diemut oleh Renata.

Entah mengapa Inggar sangat ingin menggoda anaknya. "Mantan pacar kamu ada berapa?" Inggar ingat Renata sempat bercerita tentang beberapa pria yang saat itu dekat dengannya.

Renata menoleh cepat pada mamanya lalu melirik kiri kanan sebelum berkata. "Mama apa-apaan, sih, nanya gituan! Itu kan udah lama. Kalau Abang denger, dia pasti marah."

Inggar tertawa kecil. "Apa yang sudah kamu lakukan sama mantan-mantan kamu?"

"Eh--" Renata tersedak. Dia terdiam cukup lama sebelum menjawab,
"I'm a good kisser." Renata menjawab dengan percaya diri.

"Benarkah? Sampai sejauh itu?" Inggar memandang tak percaya anaknya.

"Tentu saja!" Renata terlihat yakin. Lebih tepatnya, meyakinkan diri. Tak berniat melanjutkan obrolan, dia pergi menuju kamarnya.

Inggar lalu meraih ponsel dan membuka percakapan dengan Laras.

Laras
[Anakmu, lho, Teh. Gayanya doang kayak orang luar] Dia lalu mengirim tangkapan layar percakapan dengan Renata.

[Penganten kita, gimana kabarnya?]

Renata
[Cape, Tante. Aku kurang tidur. Abang rese. Bohong banget kata orang nikah itu enak.]

Inggar tertawa. Dia ingat kemarin sore mendapati Renata tidur di kamarnya. "Biarin aku tidur di sini bentaaar aja, Ma. Jangan bilangin Abang, ya."

∞∞∞∞∞

"Jadi, kapan Abang mau pindahan?" Sukma menumis bumbu.

"Belum tau, Bun. Renata belum dikasih tau."

Tangannya sibuk mengupas labu. Dia berencana memasakkan kolak buat istrinya. Rasa manis dari kolak sebagai sumber energi bagus untuk aktivitas mereka yang ... Aulia senyum-senyum sendiri.
Moodnya juga mungkin akan membaik karena Renata "dipaksanya" melakukan salat malam dan duha di pagi hari. Meski berbagai alasan dilontarkan masih dalam keadaan matanya yang terpejam.

"Ntaarr iihhh ... Capeee!!"
"Ngantuuukkk ...."
"Emang harus tiap hari, ya? Kan nabung pahalanya di ibadah yang 'itu' juga banyak, Bang."

Lamunannya buyar ketika Sukma kembali bertanya. "Maksudnya? Renata belum tahu Abang sudah menyiapkan apartemen buat tempat tinggal kalian?" Aulia menggeleng cepat.

"Ya Allah, Abaaanggg!!" Sukma melotot. Aulia senyum-senyum untuk meredakan kekesalan ibunya.

Mereka berdua makan dalam diam. Sukma tak habis pikir dengan cara berkomunikasi anaknya yang masih juga tak mengalami kemajuan. Ganindra Aulia orang yang pendiam kecuali di depan adik-adiknya. Dia seringkali kesulitan mengungkapkan niat baiknya sehingga orang bisa salah paham. Menganggap apa yang menurutnya benar, orang lain pun akan punya pendapat yang sama dengannya.

"Abang tahu 'kan Renata nggak ngambil apartemen yang difasilitasi perusahaannya?" Aulia mengangguk, dia fokus mencicipi kolak sebagai makanan pencuci mulut.

SEPUPU TAPI MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang