"Kamu masih ingat saat baru tinggal di sini? Aku seperti nenek tua yang kerepotan mengasuh cucu-cucunya yang masih kecil sedangkan anaknya sibuk bekerja." Renata terkekeh geli mendengar celoteh adik bungsu ayahnya.
"Ayolah, Paman. Aku punya maag. Wajar jika tak bisa membuatkanmu secangkir kopi menggunakan mesin." Renata mengingatkan.
'Done, catat. Renata memiliki masalah lambung. Ini satu hal yang baru. Dia selalu menghabiskan kolak bersantan yang kubuat.' Aulia mendapati fakta yang menyedihkan.
"Lalu alasan apa yang bisa kamu pakai saat tak bisa menggunakan mesin cuci dan mesin cuci piring?" Damien mengambil kacang lalu mengunyahnya.
Renata mengarahkan wajahnya ke atas. Dia tampak berpikir keras.
"Hummm ... Aku putri Rudi Bastian. Seorang putri tak pernah turun langsung ke dapur untuk membersihkan pakaian dan perabotan kotor." Renata jumawa.Damien mencebik. Dia menoleh pada Aulia yang hanya diam mengamati percakapan ringan antara paman dan keponakan. Sama sekali tak berniat mengganggu. Aulia seperti mendengar obrolan Renata dengan Doni. Perseteruan yang diperhalus.
*****
"Abang pengen pulang bareng kamu. Ayo!" Diraihnya tangan Renata yang masih terlalu kaget.
Aulia menyetir mobil Renata. "Kamu mau makan?"
"Nggak laper."
"Tapi Abang pengin makan." Aulia menepikan mobilnya di dekat seorang pedagang makanan kaki lima.
'Kebiasaan.'
"Kamu nggak turun?"
Dengan malas Renata menyusul suaminya keluar.
Hanya ada sebaris bangku yang sudah terisi satu orang pembeli. Dia sedang makan. Dengan santai Aulia membuka jaketnya dan duduk di tengah. Renata terlihat tak nyaman duduk di samping suaminya. Aulia menoleh dan menyampirkan jaketnya di pundak Renata. "Di sini dingin." Renata semakin kikuk.
Si pedagang memberikan dua piring rotan pada mereka berdua, "Saya nggak usah, Mas." Renata menolak.
"Kamu beneran nggak mau makan? Ini enak, lho." Ditunjuknya aneka sate, gorengan, dan bungkusan nasi berukuran sangat kecil.
Renata menggeleng cepat.
"Ini namanya nasi kucing," kata Aulia sambil mencuci tangannya di atas baskom kecil yang tersedia. Dibukanya tiga bungkus nasi dengan isi lauk yang berbeda.
"Aku tahu. Tapi lagi nggak mau makan."
"Susu jahenya dua, Mas."
"Satu aja." Renata mengoreksi. Aulia menoleh padanya. Renata menggeleng lagi.
Pria di samping yang baru selesai makan berbicara, "Mas, biar ceweknya nggak ngambek, coba deh, ajak makan di restoran Perancis. Abis itu nonton di Premiere. Masa iya, bawa mobil Eropa keren, nongkrongnya di tukang nasi kucing."
Renata yang kebetulan sedang dalam suasana hati yang buruk serasa menemukan mangsa pelampiasan kekesalannya. "Jangan ngomong ngasal, ya, Bung! Saya udah biasa banget makan di resto Perancis! Bosen malah. Emang kamu pikir saya perempuan apaan! Nikah sama dia pun saya mau kok!"
Renata menyambar kunci mobil yang ada di atas meja. Dia berlalu pergi dan masuk ke mobil. Tak lupa membanting pintu.
****
"Dulu, saya dan Arin taaruf melalui majelis kajian. Kami dikenalin sama murabbi. Saling ngasih CV lengkap sampai dengan hal-hal yang kita suka dan nggak suka. Jadi, meski sebelumnya nggak kenal atau cuma tahu selintas, ngebantu banget. Serasa sudah tahu luar dalam hehe..."
Aulia menunggu.
"Maksud saya, pernah nggak Abang ngobrol bareng sama Kak Renata tentang semuanya? SEMUANYA. Soalnya, maaf lagi, ya, Bang, Abang dan Kak Renata itu kan beda."
Deg, Aulia serasa disadarkan akan sesuatu.
∞∞∞∞∞
PO 0895411920873
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUPU TAPI MENIKAH
RomanceRenata bingung menghadapi desakan keluarga besarnya untuk segera menikah. Secara finansial dan kemapanan hidup, dia merasa sudah siap. Tetapi pengalaman buruknya setahun lalu ditinggal nikah meninggalkan trauma tersendiri. Apa jadinya jika sang ne...