23

13.5K 651 31
                                    

Satu minggu setelah kejadian di lift, Renata jadi sering melihat Dimas. Dia tak pernah ke kolam renang, gimnasium, dan fasilitas lain yang ada di lantai dasar. Unit apartemen yang memiliki privasi tinggi menjadikan lift sebagai satu-satunya tempat mereka beradu tatap.

Tak mau mengambil resiko terjebak berdua dengannya, Renata sering mengajak Aulia. Dia rela berangkat lebih pagi mengikuti jam kerja suaminya.

Herannya, orang itu hampir selalu tahu kapan dia berada di sana dan mencuri-curi pandang.

Renata merapat pada suaminya. Mereka bertiga berada satu lift.

"Arisan keluarga diundur. Om Edi pengin pendopo udah beres direnov sebelum acara." Aulia yang tak sadar terus saja mengajaknya berbicara. Dia mengabaikan seseorang yang terus menatap lekat mereka.

****

"Pokoknya Abang jemput aku di basemen. Kita naik lift bareng." Aulia yang jam pulang kantornya lebih awal menurut saja tanpa curiga.

Kembali Renata melihat Dimas. Dia seperti hantu yang terus membayangi. Brewok tipis itu telah hilang. Bibirnya lebih merona. Rambutnya sedikit panjang. Hanya mengenakan jaket, dia lagi-lagi sering mencuri pandang padanya dan suaminya. Renata tetap waspada.

====

"Belanja, Mas?" Seorang pria menghampiri.

"Eh, iya. Kita satu apartemen 'kan?" Aulia mencoba bersikap ramah. Mereka sedang berada di minimarket terdekat.

Pria itu mengulurkan tangan mengajaknya berkenalan.

"Saya duluan, ya, Mas. Istri saya nunggu di rumah."

Menyunggingkan senyum misterius, pria itu menatap kepergian Aulia.

====

Aulia memakan burger jumbo sambil mengernyit. Mereka berdua duduk bersebelahan di pantri makan malam ala kadarnya.

"Kenapa, Bang?"

"Rasanya aneh. Kamu tambahin mayonaise?"

"Iya. Kamu nggak suka?"

"Lidahku getir." Tapi makanan itu tetap dimakannya sampai habis.

"Kita makan gado-gado, yuk?" Diambilnya kunci motor di atas lemari. Aulia mengenakan jaket.

"Emang belum kenyang? Lagian mana ada tukang gado-gado yang buka malam?"

"Ada, Abang tau tempatnya."
Renata menghela napas. Disimpannya satu burger mini yang sudah dibuatnya ke dalam lunch box. Dia bahkan belum sempat makan ketika Aulia mengajaknya keluar.

Ada sensasi tersendiri saat merasakan dinginnya udara malam di atas motor matic dan merapatkan tubuh pada suaminya. Renata suka. Yang dia kurang sreg adalah tempat nongkrong suaminya. Beralih dari satu PKL ke PKL lainnya.

Renata menggeleng ketika Aulia menawarkannya sepiring gado-gado. Membayangkan memakan aneka sayuran berbumbu kacang yang ditumbuk di atas cobek tanpa dicuci membuatnya merinding.

Dia memakan burger yang dibawanya dari rumah. Aulia meliriknya. Selalu begitu. Menikmati makanan sendiri.

Pernah suatu ketika Renata berhasil membujuk Aulia nonton. Kursi bioskop yang nyaman ala lazy boy malah membuatnya tertidur dengan nyenyak. Renata dongkol bukan main. Mereka lalu makan malam di restoran Korea.

"Masak sendiri! Mending makan di rumah," komentar Aulia sambil mencomot bulgogi.

'Bangun tidur, ngomel. Tinggal makan aja apa susahnya, sih.' Renata menatapnya tajam sambil menikmati makanan korea yang dimasak di atas meja.

SEPUPU TAPI MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang