Bab 5 - Naik Kelas

7 2 0
                                    

Wow, saya sudah resmi menjadi anak kelas 11 ceritanya. Selamat datang di zona nyaman, Cha!
Bercanda. Mana ada zona nyaman? Ayo belajar yang giat. Katanya mau jadi dokter, mana ada dokter yang pemalas? Semangat.

Saya cukup deg-degan dengan pengumuman kelas baru. Ini yang sudah saya tunggu. Namun saya hanya mengharapkan satu, jangan letakkan saya dan si bajingan itu dalam kelas yang sama. Saya malas berurusan dengan perasaan yang bisa dibilang ampas dan membuang waktu. Saya sudah bertekad untuk lebih giat di kelas 11 ini. Tidak ada jatuh cinta. Kalau mau jatuh cinta, pacaran saja dengan atlas anatomi Sobotta. [Atau orang yang ambisius dan pintar seperti saya.]

Tibalah saat dimana pembagian kelas dilaksanakan. Pengumuman sudah keluar, dan...
Ya, hasilnya memang seperti yang saya harapkan. Memang saya tidak sekelas dengan pria brengsek itu. Namun, mengapa saya dipisahkan dengan sahabat-sahabat saya? Saya merasa terasingkan di kelas baru.

Saat melihat daftarnya, saya merasa asing dengan beberapa nama. Saya baru melihat nama ini. Namun ada satu nama yang membuat saya tertarik begitu saja. Entah mengapa, namun intuisi saya berkata demikian. Apakah ini anak baru? Tapi mana mungkin kondisi seperti ini ada anak baru masuk? Dia siapa? Seperti apa orangnya? Apakah dia baik atau bagaimana?
Banyak pertanyaan yang terlontarkan di otak. Dan rasa penasaran itu membuat saya mencari informasi mengenai nama tersebut.

Sore hari, saya telepon dengan sahabat-sahabat saya, sembari berkeluh kesah. Dan saya pun bertanya ke mereka. Namun, tak ada yang tahu. Ada pun, mungkin tak familiar dengan namanya.

Hmm, menarik. Ini menjadi sebuah teka-teki unik.

Reflection ; About Micah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang