Pelajaran bahasa Indonesia mengharuskan kami berkelompok yang berisi lima orang. Saya sudah pasti dengan Micah. Karena kami berjanji setiap ada kerja kelompok akan selalu bersama.
Baru kerja kelompok saja sudah bersama, hubungan kita kapan?
Lupakan.
Yang jelas, tugas ini membuat saya cukup panik dan gugup terutama ketika saya harus menjadi pembicara. Yang saya pikirkan hanya takut dan malu. Saya takut jika materi tidak tersampaikan dengan baik.Kami pun memulai diskusi kelompok via chat dan semua berjalan baik sejauh ini. Kami sudah menentukan topik, urutan pembicara, dan tinggal membuat PPT saja. Ada satu hal yang memalukan, pembicara harus mengirimkan fotonya untuk bahan perkenalan. Dan ternyata, yang membuat PPT adalah Micah. Jadi, saya harus mengirimkan foto kepadanya.
Micah membuat saya kesal, foto saya yang penuh dengan persiapan sedemikian rupa dikata biasa saja? Cih. Sok jual mahal, tinggal bilang cantik saja apa susahnya. Bercanda.Ketika PPT sudah jadi, Micah segera membagikannya di grup. Salah satu teman saya membagikan foto Micah.
Sial, dia tampan. Ah, tidak. Masih tampan ketujuh pangeran saya di Bangtan dan pacar-pacar dari Thailand.
Tapi...
Dia juga tampan. Dia terlihat baik.
Jujur, memang dia tidak setampan orang-orang Thailand maupun Bangtan, namun hati saya sudah jatuh padanya.Karena foto itu, saya jadi gagal fokus. Mau menonton Bangtan malah jadi kepikiran.
Cha, udah gila? Jangan berpikiran aneh-aneh deh. Astaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ; About Micah.
RomanceBagaimana jika apa yang saya tulis menjadi nyata? Bisakah kamu mencintai saya juga? -Echa, untuk Micah. p.s: ini hanya hal yang terlintas di pikiran saya, dan dituangkan dalam bentuk cerita.