Bab 22 - Sakit

7 2 0
                                    

Badan saya kurang fit. Tugas sekolah membuat saya tambah sakit. Tidak wajar, mentang-mentang situasi seperti ini kami diberi banyak tugas di rumah. Niatnya membuat murid tidak menganggur malah menjadikan kami susah tidur. Saya korbannya. Oh, Micah juga.

Hari ini saya sudah berencana untuk bolos. Malas, sudah sakit pakai acara mendengarkan penjelasan guru fisika yang membosankan. Bagaimana tidak? Saya juga benci fisika. Logika saya tidak sanggup membayangkan sebuah benda yang jatuh ataupun digeser harus dihitung kecepatan dan gayanya.

Sudah siap menitip absen ke Micah, rencana saya gagal. Mama tidak mengizinkan, katanya sakit biasa. Harus kuat ikut pelajaran. Ya sudah, selamat tinggal waktu rebahan. Saatnya saya keluar dari zona nyaman.

Micah yang mengetahui saya tidak jadi bolos hanya bisa berkata oke, dan mengingatkan saya supaya tetap istirahat yang cukup. Ya, ya, ya. Sudah beberapa kali dia berkata demikian.

Dengan terpaksa saya mengikuti pelajaran dari awal hingga selesai. Mau saya deskripsikan? Kelas ini membosankan. Saya membuang waktu istirahat demi mendengarkan fisika, dan ceramah guru biologi? Cih, wasting time.

Perut saya semakin mual dan perih karena efek lupa makan kemarin. Lambung saya bisa luka jika seperti ini terus. Dan saya mengisi kembali bahan bakar saya. Sepiring nasi ditambah dengan segelas es kopi.
Sebenarnya, tidak boleh minum kopi ketika perut sedang tidak enak. Tetapi, saya memegang prinsip 'terobos saja terus'. Lagipula, bisa diobati. Lihat kan? Betapa keras kepalanya seorang Echa. Pantas saja jomlo, siapa yang akan tahan dengan keras kepala Echa?

Micah?

Reflection ; About Micah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang