Saya memutuskan untuk mengambil waktu sendiri, supaya dapat menenangkan diri ini. Tanpa media sosial yang penuh dengan kepalsuan, tanpa teman yang kadang juga dapat mengundang kebencian, tanpa buku pelajaran yang dapat membuat otak tak berjalan. Tentu saja, tanpa Micah.
Saya benar-benar menikmati waktu sendiri. Menghabiskan waktu dengan bermain musik dan bernyanyi, ditemani dengan sekaleng bir lemon menyegarkan dan beberapa camilan. Ya, saya memang suka minum. Dan saya juga termasuk golongan yang kuat untuk urusan minum.
Setelah puas melakukan itu semua, saya berolahraga. Bertujuan untuk melupakan semua yang ada di isi kepala. Dan juga, supaya badan tak cepat lelah setiap saya mengeluarkan tenaga.
Saya melanjutkan kegiatan dengan keramas dan menggunakan masker wajah, dengan tujuan merawat diri.Rasanya puas sekali.
Beberapa hari berikutnya, saya mulai kembali seperti biasa. Bedanya, saya hanya menjaga jarak dengan Micah. Entah apa tujuannya, namun saya hanya tak ingin mengganggu untuk beberapa waktu.
Tenang, saya tetap berkomunikasi kok. Ada Chaelin yang siap sedia mendengar keluh kesah saya dan yang selalu ada meskipun saya sedang mabuk.Namun, ada satu hal yang tak biasa.
Sudah terhitung tiga hari lamanya kami tak berbicara. Tak ada kabar entah dari pesan biasa maupun suara. Tak ada yang dapat dibicarakan, meski banyak tugas yang menanti di depan. Tak ada yang membuka topik, padahal saya sudah menunggu jika ada hal baik.
Tak tahu mengapa, tetapi jika boleh jujur saya merasa sepi. Hampa sekali. Sunyi.
Padahal, Micah bukan siapa-siapa saya, selain saya yang menyukainya. Dan itupun entah perasaan suka sepihak atau terbalaskan. Tetapi, tak berbicara beberapa saat rasanya sungguh kehilangan.Saya rindu sekali. Dengan suaranya, logat khasnya, pembicaraan yang tak ada guna, gaya bahasanya, dan semuanya. Ternyata, beberapa hari tanpa bicara dengan orang yang kita cinta, segitu menyiksa.
Saya tetap pada pendirian, saya tidak mau mengganggunya. Setidaknya, dengan tidak ada notifikasi masuk dari saya sudah bisa membuatmu bahagia, kan?Saya menunggumu. Entah berapa lama kita akan bertahan seperti ini, namun saya tetap akan menunggu.
Kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ; About Micah.
RomanceBagaimana jika apa yang saya tulis menjadi nyata? Bisakah kamu mencintai saya juga? -Echa, untuk Micah. p.s: ini hanya hal yang terlintas di pikiran saya, dan dituangkan dalam bentuk cerita.