Senin, sekolah lagi. Terasa cukup malas karena masih transisi dari hari Minggu. Saya tetap menuntut diri supaya bersemangat.
Jam pertama terasa membosankan. Pelajaran bahasa Indonesia yang tidak saya minati. Padahal, hobinya merangkai kata. Tetapi bahasa Indonesia adalah pelajaran yang saya anggap musuh karena ribet.Lanjut ke jam pelajaran selanjutnya, dan entah apa yang menghantui pikiran saya sampai saya dibuat penasaran olehnya.
HAH? APA-APAAN INI?! APAKAH SAYA SUDAH GILA ATAU BAGAIMANA? MENGAPA SAYA PENASARAN DENGAN ORANG SEPERTI DIA?
Itulah apa yang saya ucapkan pada diri saya sendiri.Usai sekolah, saya memberanikan diri untuk mengikuti akun Instagramnya yang gersang. Tanpa postingan, tanpa foto profil, hanya highlight story yang isinya hal-hal tidak jelas yang teman-temannya lakukan. Dan gilanya, saya yang mulai chat dia. Ya, hanya sebatas minta follow back tetapi harga diri saya merasa dipertaruhkan disana. Bayangkan saja, berbicara dengan seseorang yang menyebalkan seperti dia. Duh.
Nah, dari balasannya saja sudah berhasil membuat saya kesal.
Dari sinilah kisah kami dimulai.
Baru beberapa jam berkenalan sepertinya kami sudah cukup dekat. Bisa dibilang dekat bagi saya yang baru pertama kali berkenalan secepat itu apalagi dengan lelaki. Hmm, menarik. Kok bisa ya? Misteri apa ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ; About Micah.
RomantizmBagaimana jika apa yang saya tulis menjadi nyata? Bisakah kamu mencintai saya juga? -Echa, untuk Micah. p.s: ini hanya hal yang terlintas di pikiran saya, dan dituangkan dalam bentuk cerita.