Hari baru, semangat baru. Namun tidak terjadi pada saya karena ada ulangan yang akan menunggu. Esok, ada ulangan. Kepala saya sudah tak dapat diajak kompromi dengan matematika, jadi saya butuh bantuan.
Biasa, bantuan siapa lagi kalau bukan Micah. Orang dengan kemampuan berhitung yang luar biasa, bagaikan seorang ilmuwan.
Jujur saja, ulangan kali ini membuat saya merasa gugup karena materinya tak dapat saya pahami. Otak lagi tak berfungsi.
Seperti biasa, belajarnya hanya berlangsung sekitar 15 menit. Sisanya? Tentu saja dibuat berbincang-bincang. Hal-hal random namun menarik untuk diceritakan.Saat berbincang, dia mengatakan sesuatu. Sepertinya saya sudah mendapat salah satu jawaban dari pertanyaan saya. Dan memang benar, baru kali ini dia memiliki teman perempuan yang bisa sedekat itu dengannya. Kaget, bisa seperti itu ya. Sebuah kebetulan.
Ketika bercerita, tak jarang kami menemukan kesamaan. Bahkan kesamaan itu sudah ditemukan sejak pertama kali kenalan. Benar-benar kebetulan. Saya juga tidak tahu mengapa bisa terdapat banyak sekali hal serupa pada kami. Sungguh sebuah teka-teki yang penuh dengan misteri.
Tak terasa, dua jam berlalu. Telepon harus disudahi karena mama pulang. Jika masih bertelepon, nanti bisa disangka yang aneh-aneh. Sudahlah, saya perlu menyelamatkan diri sendiri dulu, haha.
Yang saya ingat adalah suaranya yang khas, tawa yang menggemaskan, dan di akhir pembicaraan dia mengucapkan kata 'dadah' yang terdengar imut. Mungkin efek dia yang lebih muda dibandingkan saya, saya seakan berbicara dengan adik saya meskipun saya anak tunggal.
Kinda weird, but awesome. He's cute, but me too.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ; About Micah.
RomanceBagaimana jika apa yang saya tulis menjadi nyata? Bisakah kamu mencintai saya juga? -Echa, untuk Micah. p.s: ini hanya hal yang terlintas di pikiran saya, dan dituangkan dalam bentuk cerita.