Bab 29 - Marah

2 1 0
                                    

Ini adalah hari yang seharusnya menjadi salah satu hari baik bagi saya, karena saya sudah menanamkan pemikiran sejak pagi bahwa hari ini akan menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Tetapi, sepertinya hal itu tidak sejalan dengan takdir yang harus saya hadapi.

Bangun tidur, terlambat, laptop error, ada tugas yang masih belum sempat dikerjakan, harus memikirkan tentang olimpiade yang pelatihannya akan dimulai minggu depan, datang bulan, ditambah lagi saya belum sarapan. Sepertinya sudah lengkap menu kesialan pagi ini.

Saat pelajaran, saya tidak dapat memusatkan konsentrasi karena sibuk dengan pikiran yang menghantui. Alhasil, saya tertinggal beberapa materi yang disampaikan guru. Ya sudah, apa boleh buat. Tak perlu pikir panjang, saya langsung bertanya kepada Micah.
Ketika Micah menjawab pesan saya, saya merasa cukup kesal. Pertama, karena dia menjawab agak lama padahal saya butuh di waktu itu juga. Kedua, Micah juga tidak tahu apa tugasnya dan malah bertanya balik ke saya. Ketiga, pengaruh menstruasi yang memperburuk suasana hati.

Tak sampai disitu, anjing-anjing saya di rumah sepertinya tidak bisa sehari saja tenang seperti anjing yang lain. Mereka selalu menggonggong tanpa tahu siapa yang mereka tuju. Berisik, tetapi bagaimana lagi. Namanya juga hewan, ya harus sabar semestinya. Tetapi kesabaran saya sudah kelewat batas sampai-sampai saya tersulut emosi.

Saya hendak menenangkan diri, tetapi Micah terus-terusan membicarakan masalah tugas yang saya saja tidak paham maksudnya apa. Saya memilih untuk tidak menjawab pertanyaannya, dan menyuruhnya bertanya kepada yang lain saja.

Saya sudah pusing dengan masalah saya sendiri, untuk apa saya memikirkan masalah anda.

Dan sepertinya, saya hendak menjaga jarak terlebih dulu dari Micah supaya setidaknya saya dapat tenang dari pertanyaan tugas seperti itu.

Reflection ; About Micah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang