Oke, mari kita mulai sesi sambat**nya. Dimulai dari mana nih?
(**Sambat: berkeluh kesah)
Ya sudah, kita mulai dari Jill selaku orang pertama yang saya datangi untuk nyambat.Setelah mengumpat sekian lama sejak pengumuman hasil, saya memutuskan untuk meluapkan semua keluh kesah ke beberapa orang yang 'beruntung' (karena bisa menjadi tempat saya mengeluh).
Saya menghubungi Jill, Chaelin, dan Micah tentunya.
Jill kebetulan sedang aktif, ah tidak. Ia memang anak kategori FOMO (Fear Of Missing Out) sehingga ponselnya selalu rekat dengan dirinya. Ya setipikal seperti saya sih. Ia memberi saran bahwa saya harus menghadapi pelatihan ini karena katanya saya mampu dan saya berbakat di bidang ini. Saya sudah mengelak berkali-kali namun tetap saja ia mendukung keputusan pimpinan. Ah, sudahlah.Beralih ke Chaelin, awalnya ia mendukung saya untuk mundur. Memang sahabat yang baik.
Eh ternyata, ujung-ujungnya sama. Ia tetap mendukung saya mengikutinya. Katanya lumayan buat coba-coba. Astaga.Sudahlah, lanjut saja ke Micah.
Sebelum sambat, saya bertanya kepadanya apakah ia lolos ke tahap selanjutnya. Ternyata, ia tak mengikuti tes karena sedang sakit saat itu. Dan ia memutuskan untuk mengundurkan diri. Duh, iri. Saya juga mau begitu kalau bisa. Saya merindukan kasur, bantal, guling, dan semua mimpi indah ini.
Masuk ke tahap sambat.
Saya sudah berharap supaya ia mendukung keputusan saya mundur. Ternyata ia juga mendukung keputusan pimpinan. Sial, tak ada satupun yang berpihak pada saya?
Ia berkata bahwa saya memang benar-benar mampu menjalaninya. Buktinya di kelas saya termasuk siswi yang sangat aktif menjawab, bahkan untuk setiap pertanyaan yang dilontarkan.
Aneh. Perasaan Jill juga mengatakan hal yang sama, namun mengapa kali ini terasa berbeda? Maksud saya, dengan bodoh dan lugunya saya bisa menurut. Dan diwaktu itu juga saya memutuskan untuk ikut.
Echa, bodoh sekali. Mungkin itu yang sedang disampaikan otak.Dear chemistry, here we go.
Semoga saya dan kamu bisa mendapatkan chemistry yang kuat ya, kimia. Dan Micah. Hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ; About Micah.
RomanceBagaimana jika apa yang saya tulis menjadi nyata? Bisakah kamu mencintai saya juga? -Echa, untuk Micah. p.s: ini hanya hal yang terlintas di pikiran saya, dan dituangkan dalam bentuk cerita.