Sepertinya suasana hati saya amat sangat susah ditebak. Tiba-tiba sedu, lalu bahagia kembali, dan terus begitu.
Begitu pula dengan perasaan. Maklum, saya termasuk orang yang labil. Entahlah.Setelah sekian lama, Jill kembali menyapa. Kami berbincang mengenai sebuah lagu berjudul Drama. Lagu yang dibawakan oleh TXT menggunakan bahasa Jepang itu menarik perhatiannya. Ya, sejak putus atau mungkin sebelumnya, dia sangat tergila-gila dengan anime. Sama seperti Micah.
Respon seadanya. Saya masih malas menanggapi setelah sekian lama dia pergi lalu kembali.
Tengah malam membuat perasaan orang terombang-ambing saja. Sudah mulai menyukai Micah, kamu datang lagi.
Tunggu sebentar, mulai menyukai Micah? Ah. Lupakan.
Yang jelas, saya masih kesal dengan perlakuan Jill yang pergi tanpa jejak namun datang tanpa diundang.Sebenarnya, pembicaraan kami masih berlanjut. Namun, respon saya tetap seadanya. Akhirnya Jill menyerah dan menutup pembicaraan dengan 'wkwkwk'. Sebuah tawa yang klise.
Bagaimana dengan Micah?
Seharian ini saya tidak berbincang dengannya. Saya tidak tahu harus bicara tentang apa. Besok libur, tidak ada tugas. Lalu harus berkata apalagi? Saya sudah kehabisan topik, Micah juga tak pandai mencari ide. Memang repot, namun mau bagaimana lagi.Saya merasa tidak nyaman dengan situasi seperti ini. Disaat ada celah kosong tanpa hadirnya Micah, Jill muncul. Saya jadi bingung harus memilih siapa, dan bagaimana menghadapinya.
Saya harus berusaha menjaga hati untuk seseorang yang pantas saya perjuangkan. Tidak peduli dia siapa, seperti apa, dan bagaimana. Jika memang dia yang terbaik untuk saya, saya akan berjuang hingga berhasil mendapatkannya.
Dia, Micah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ; About Micah.
RomanceBagaimana jika apa yang saya tulis menjadi nyata? Bisakah kamu mencintai saya juga? -Echa, untuk Micah. p.s: ini hanya hal yang terlintas di pikiran saya, dan dituangkan dalam bentuk cerita.