Kepala saya terasa berat karena memikirkan hal yang membuat saya déjà vu. Saya juga harus profesional, sekolah dulu. Memikirkan hal seperti ini bisa dilanjut belakangan.
Ternyata, saya memang profesional. Profesional dalam overthinking. Sudah bertekad untuk fokus belajar terlebih dahulu baru memikirkan hal ini nanti, namun tetap saja pikiran saya terusik. Saya tidak tenang, berpikir seperti ini saja menguras tenaga.
Setelah kelas, saya kembali melanjutkan berpikir. Buku dan alat tulis didepan mata terabaikan begitu saja oleh saya yang asik termenung dalam lautan fantasi. Fantasi yang bisa saja mematikan karena membuat saya lupa segalanya termasuk makan.
Jangan dicoba ya, berbahaya. Adegan ini hanya dilakukan oleh orang yang profesional dalam overthinking seperti saya.Sore hari tiba, cuaca mendung melengkapi suasana hati saya. Semakin keras saya berpikir, semakin kacau kegiatan yang saya lakukan. Masih saja lupa makan padahal sudah berulang kali diingatkan. Badan saya terasa lemas, namun karena keras kepala saya melanjutkan ritual berpikirnya.
Pandangan saya mulai kabur, hingga akhirnya...
Bruk.
Semua berubah menjadi hitam. Dari yang awalnya bisa melihat ketampanan idola saya melalui poster, tiba-tiba remang dan menghilang.
Hanya karena berpikir, saya sampai pingsan. Memang salah sendiri, sudah tahu itu tidak baik masih saja diteruskan. Dasar, keras kepala. Siapa? Ya saya.Beberapa jam kemudian, saya tak ingat pukul berapa persisnya. Saya terbangun. Saya cepat-cepat mengambil ponsel dan melihatnya. Wah, ada notifikasi masuk dari Micah. Ada apa ini?
Sudah saya duga, ternyata hanya bertanya mengenai tugas dia.
Terlanjur gede rasa, saya kira dia hendak mengatakan sesuatu, setidaknya seperti menyapa. Ya sudahlah, namanya saja Micah. Anak yang tidak jago memulai pembicaraan, seperti yang sudah dijelaskannya di telepon waktu itu.
Tetapi...MICAH? IS THAT YOU? WOW.
Saya tidak menyangka seorang Micah bisa berkata demikian. Menggemaskan, minta digigit ya?
Tapi tumben juga, dia bisa berkata seperti itu. Masih berpikir.
Astaga, sudah pingsan masih dilanjut berpikir lagi? Kuat juga saya.Malam itu saya tak henti-hentinya berpikir tentang Micah dan segala tingkah menggemaskannya. Mungkin saya lagi berada di mode bucin.
Micah, you're cute. Be my boyfriend. I'll be yours. Forever. Love me back.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ; About Micah.
RomanceBagaimana jika apa yang saya tulis menjadi nyata? Bisakah kamu mencintai saya juga? -Echa, untuk Micah. p.s: ini hanya hal yang terlintas di pikiran saya, dan dituangkan dalam bentuk cerita.