Ini hari ketiga sejak saya mengenal Micah. Seru, meskipun saya yang mencari topik karena dia agaknya kaku dan tak terbiasa diajak berbincang dengan perempuan. Saya merasa spesial karena bisa jadi ini adalah kali pertamanya berbincang sedekat itu dengan perempuan. Dan saya orangnya, mungkin.
Besok, ada ulangan. Mata pelajaran yang sangat saya hindari, ya. Matematika. Saya benci berhitung, kecuali kimia. Pelajaran dengan hitungan terbaik hanya ada pada kimia.
Saya pun mencari bantuan demi menyelamatkan nilai ulangan. Dan saya mendapatkan bantuan itu dari Micah. Dia yang mengajari saya matematika, pelajaran termembosankan dan termematikan itu. Senangnya, ada juga yang bisa mengajari saya.Itu kali pertama kami berbincang, saya gugup. Gugup sekali. Entah apa yang saya gugupkan, yang jelas saya harus menunjukkan kesan baik padanya.
1 jam 30 menit lamanya kami berbincang. 15 menit belajar, sisanya penuh dengan cerita dan canda tawa. Seakan-akan kedua insan ini sudah akrab dalam menjalin hubungan.
Dia menceritakan beberapa hal mengenai sekolahnya, pertemanannya, keluarganya, dan hal lain mengenai dirinya. Saya juga bercerita. Kami bertukar pikiran, sambil memberitahu ada tugas apa saja besok selain ulangan itu.
Oh iya, suaranya menggemaskan. Andai saja dia menjadi kekasih saya, mungkin sudah saya cium sampai pingsan.Hari itu, hati saya merasa berbunga-bunga. Entah karena apa, namun saya merasa sangat bahagia. Bahagia karena diajarkan matematika dengan seseorang yang bisa dibilang istimewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ; About Micah.
RomanceBagaimana jika apa yang saya tulis menjadi nyata? Bisakah kamu mencintai saya juga? -Echa, untuk Micah. p.s: ini hanya hal yang terlintas di pikiran saya, dan dituangkan dalam bentuk cerita.