1-Tamu dari Masa Depan

980 107 211
                                    

Berbeda dengan sekolah lain, Mageìa High School merupakan satu-satunya sekolah di Bengkulu yang mana para siswa sekolah itu memiliki akses untuk pergi ke atap. Meskipun begitu, tidak banyak murid yang suka pergi ke atap. Pasalnya sinar matahari sangat menyengat di atas sana. Oleh sebab itu, tempat itu selalu sepi.

Namun, tidak untuk Sesya Ornella. Bagi gadis jangkung itu atap adalah tempat terbaik dan ternyaman untuk menghabiskan jam istirahat. Sunyi serta angin sejuk yang berembus membuat jiwanya menjadi lebih tenang setelah menerima materi pelajaran yang rumit sampai kepala terasa mau pecah.

Hal favorit Sesya dari atap adalah dari atas sana ia bisa melihat lapangan basket dengan jelas. Tempat di mana Dana bermain basket bersama teman-temannya. Nama lengkapnya Radana Arkatam, lelaki yang berhasil membuat Sesya jatuh terperangkap ke dalam pesonanya sejak pertama kali ia masuk ke dalam sekolah ini.

Lelaki bertubuh atletis itu adalah senior sekaligus bintang di Mageìa High School, berkat keterampilannya bermain basket meskipun ia bukan kapten. Selain itu, paras yang terukir sempurna dilengkapi dengan lesung pipit di kedua pipi menjadikannya sosok pujaan tiap perempuan.

“Hah kenapa dia ganteng banget sih,” gumam Sesya pelan sambil menggigit roti tawar yang diolesi mentega.

“Sesya.”

Daun telinga Sesya tiba-tiba menangkap sebuah suara halus yang memanggil-manggil namanya. Rasa penasaran membuatnya beranjak bangun lalu melangkah menuju sumber suara. Sesya mengedarkan pandangan ke seluruh arah. Namun, ia tidak menemukan siapa pun di atas sana. Sontak hal itu membuat bulu kuduknya naik.

Keep calm Sya! Enggak mungkin di kota ada hantu. Lagian ini udah zaman modern gini, ya kali ada hantu.’

“Halo Sesya Ornella.”

Sesya terperanjat kaget. “AAHH!” Tanpa sadar, roti tawar di tangannya terbang dan mendarat tepat di wajah lelaki yang tadi menepuk bahunya.

“Ma-maaf, itu aku gak sengaja,” ucap Sesya merasa bersalah namun tak berani membantu. Perasaan bersalah semakin menjadi-jadi ketika lelaki itu hanya memasang wajah datar.

Lelaki itu sama sekali tidak mengubris ucapan Sesya, ia sibuk membersihkan wajah dengan ujung kemeja biru langit miliknya.

Diam-diam Sesya menilik lelaki berhidung lancip itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia baru sadar satu hal bahwa lelaki itu tidak memakai seragam sekolah sepertinya. Ia hanya memakai kaos putih dengan luaran kemeja serta denim yang bewarna light blue.

“Eh tunggu sebentar! Ka-kau kenapa gak pakai seragam sekolah?” tanya Sesya tak dapat menahan rasa penasaran.

Lelaki itu mengulas senyum tipis di wajah lalu mengulurkan tangan. “Bagaimana kalau kita berkenalan dulu?” tawarnya.

Sesya menjabat tangan itu ragu. “Hm, namaku Sesya Ornella, kau bisa memanggilku Sesya dan aku murid baru di sekolah ini.”

“Perkenalkan namaku Filo Arkatam, anakmu.”

"Oh anak-kku? EEEH ANAKKU?" Mulut Sesya terbuka lebar mendengarnya. Kedua bola matanya ikut melotot besar ke arah lelaki itu.

Filo menyunggingkan senyum lebar, "Halo Ma, aku Filo anakmu dari masa depan.”

"EEEHH? ANAKKU? BAGAIMANA AKU BISA PUNYA ANAK SEBESAR KAU KALAU AKU SAJA BARU 18 TAHUN!!"

***

Siang hari setelah bel pulang telah berbunyi, Sesya bergegas kembali ke atap. Ada banyak pertanyaan yang ingin diajukan pada Filo yang sempat tertunda karena bel masuk berbunyi. Untung saja lelaki itu menuruti perintahnya untuk tetap berada di atas sana hingga ia datang kembali.

GratiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang