1

2.5K 181 19
                                    

Nicole's POV

Oh shit, aku memandang speechless cowok berwajah lebam yang sedang tertidur didepanku, Dave kakak kelasku yang baru seminggu lalu menembakku namun ku tolak. Dan hari ini dia berhasil membuat jantungku hampir lepas karena sudah tepar mengenaskan di ranjang rumah sakit.

"Gilak sih! Kak Raga bener-bener brutal, mentang-mentang dia anaknya komisaris sekolah kita jadi seenaknya ngebunuh anak orang. Dia pikir nyawa manusia lagi obral di Tanah Abang apa, nggak ngerti lagi gue," Dea disampingku tampak frustasi.

Aku hanya diam berusaha tenang.

"Cole, ngomong kek, mending lo terima aja Kak Raga, daripada dia bikin anak orang sekarat lagi."

Well, jadi gini sudah menjadi rahasia umum Kak Raga menyukaiku (bukan mau sombong ya), pokoknya lagaknya udah nggak ngotak lagi, dia sampe nggak segan bikin cowok yg deketin aku sekarat. Yeah emang toxic banget. Nah masalahnya, aku yang merasa menjadi pelaku disini, karena diriku Kak Dave terbaring lemah disini. sejak tadi diriku menahan diri untuk tidak memaki kak Raga.

"Kalo gue nerima Kak Raga kayaknya nggak bakal merubah apapun, mungkin lebih parah. Bukan mau kepedean apa gimana, dia bakal lebih posesif kalo gue yang udah di labeli 'pacarnya' dideketin cowok lain. Mending gue yang jaga jarak aja sama dia, atau lo aja deh yang nembak Kak Raga." Ya, aku harus tetap rasional, masalah nggak bakal kelar kalau aku menerima Kak Raga, bahkan mungkin lebih parah.

"Sinting ya lo? Gue sih mau-mau aja, lah dia nya kagak. Gue mah hanya kaum ungood looking yang nggak bakal bisa bersanding dengan dia," balas Dea lemah.

Aku hanya memutar bola mata, dia lupa kalo sedang di rumah sakit.
"Udah deh, mending kita keluar. Kak Dave bisa mimpi buruk kalo denger lo ngoceh."

Dengan langkah malasnya Dea memaksakan kakinya mengikutiku keluar ruangan.

"Astaghfirullah! Lah itu bukannya Kak Raga ya?" pekik Dea pelan ketika mendapati Kak Raga yang sedang berjalan ke arah sini dengan ekspresi yang kurang bersahabat. Sial, kenapa dia disini? Apa dia tau aku menjenguk Kak Dave?

"Kayaknya dia tau lo jengukin kak Dave deh, Cole," Bisik Dea.

Aku dan Dea mendadak kaku hingga Kak Raga tiba dihadapan kita. menatap datar diriku, seakan tidak mengharapkan kehadiranku disini

"Ngapain lo kesini? Mau jengukin Dave?" Seketika hawa sekitar mendadak berubah.

Oke, keep calm, sambil berusaha tenang aku menjawabnya, "kan dia sakit, btw makasih lho hampir ngebunuh anak orang karena gue tapi sayangnya itu semua nggak merubah apapun termasuk perasaan gue sama lo, kak."

Rahangnya terlihat mengeras membuatku semakin menguatkan jiwa ragaku. Anggaplah aku gila karna menyulut emosinya yang terbilang sadis. Dia memejamkan mata lalu membukanya dengan ekspresi berusaha tenang.

"Lo nggak mau gue nyakitin orang lagi?"

Aku menaikan sebelah alisku, lalu mengangguk.

"Jadi cewek gue dan mereka bakal aman"

Aku pun mendengus, seharusnya aku sudah tau jawaban songongnya.

Dea yang sudah menegang dari tadi berusaha tetap bernafas. Mudah-mudahan asmanya nggak kambuh.

"Duh receh amat nembak cewek kak. Sini gue ajarin yang bener. "
Dea melotot kek arah seakan ngomong 'mo ngapain lagi lo?!' sepertinya asma Dea bakal beneran kambuh deh.

EtherealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang