Part| 15

667 63 31
                                    

Happy Reading!

Jangan lupa vote, ya♥

Semua siswa-siswi yang mengikuti olimpiade sekarang tengah berkumpul di aula sekolah. Saat yang di tunggu-tunggu pun akhirnya tiba, sekarang adalah waktunya pengumuman juara. Saka berdoa dalam hati agar dirinya menang, walaupun hanya salah satu dari kedua mata pelajaran yang di ikuti.

Bella duduk di sebelah Saka, dan Bella merasakan bahwa Saka sedikit menjauhinya, sebab sedari tadi Saka tidak berbicara dengannya. Apakah karena tadi dia menyatakan perasaannya? Jika benar, Bella mengutuk ucapannya sendiri yang telah keceplosan.

"Saka ... " panggil Bella dengan nada pelan. Saka tidak menjawab, ia menunduk seraya mulutnya bergumam. Apakah Saka tidak mendengar ucapannya, atau Saka memang berpura-pura tidak mendengar?

"Saka," panggil Bella sekali lagi dengan nada sedikit naik. Saka menoleh dengan alis terangkat sebelah. "Apa?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Bella.

Bella menghembuskan nafas pelan.
"Kamu jauhin aku? Apa karena omongan aku tadi, ya?"

Saka mengernyit, "buat apa? Gue cuman gak mau buat lo sakit hati." jelas Saka. Bella terdiam, jika seperti itu apakah dirinya harus menyerah?

"Gue cuman anggap lo temen, gak lebih Bell." lanjut Saka. Ia memegangi dadanya yang mulai sesak, Bella yang melihat itu pun langsung panik.

"Kenapa? Kamu sakit?" tanya Bella khawatir, ia memegang pundak Saka namun tangannya di tepis pelan oleh Saka.

"Enggak, gue gak papa,"

Bohong. Saka tidak pandai menutupi raut wajahnya yang tengah kesakitan. Bella tau, Saka hanya tidak ingin menyusahkan orang.

"Kita ke──" ucapan Bella terpotong oleh sang MC yang akan memulai acara. Oh, ayolah. Bella tidak mengharapkan dirinya menang, Bella mengikuti olimpiade hanya karena Saka.

***

Sedari tadi Saka tak hentinya bersyukur. Dirinya juara 1 dalam kedua olimpiade yang diikutinya. Perjuangan Saka membuahkan hasil, Saka akhirnya bisa melunasi uang tunggakan bulanannya. Bella pun ikut senang, dirinya juga menang walaupun hanya juara 3.

"Saka, kamu ikut saya," ucap pak Dika. Saka mengangguk, ia berpamitan kepada Bella untuk pergi.

Setelah kepergian Saka, Bella berjalan ke arah toilet. Bel pulang telah berbunyi satu jam lalu. Dan sekolah ini sepi, hanya beberapa siswa-siswi yang masih berada di lingkungan sekolah.

Bella mencuci mukanya di wastafel, ia menampar pipinya berkali-kali. Bella harus menyerah, ia tidak mau memaksakan dirinya lagi. Jika Saka memang tidak bisa membalas perasaannya, maka Bella bisa apa? Di paksakan pun tidak menjamin Bella akan bahagia.

Lebih baik, Bella mengubur perasaannya. Hatinya lelah, Bella menitikkan air matanya, namun dengan segera ia menyusutnya.

Bella berbalik hendak keluar namun tubuhnya menegang kala melihat Zidan yang sedang berdiri seraya bersandar di tembok. Bella melangkah mundur saat Zidan berjalan ke arahnya.

"Kenapa lo disini? Mau apa?!!" tanya Bella gugup. Zidan menyeringai, "Tenang lah, Bell. Gue gak akan ngapa-ngapain lo, gak nafsu juga."

Zidan berhenti melangkah, ia meneliti wajah masam Bella, kemudian sedetik kemudian Zidan terkekeh pelan.

"Habis nangis? Nyatain perasaan tapi gak di bales? Gimana rasanya? Malu di tambah sedih? Cih, lo bodoh!" cemooh Zidan. Bella menatap Zidan datar.

Untuk Saka(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang