Hallo! Mau cepet² update akutu. Soalnya pas buka wp ada beberapa orang yang masukin cerita ini ke "Reading List" nya. Makasih lohh, sayang bangettttt 💜💜
Bee masih butuh saran, kritik dan dukungan. Jangan jadi sider ya :'))
Happy Reading!❤
***
"Sakaa!!"
Saka menoleh ke arah belakang, di sana ada Bella yang sedang berlari kecil menuju ke arahnya. Bella tampak membawa banyak buku, dan sepertinya dia kesusahan jika berjalan.
Saka berjalan maju, berniat membantu Bella membawa buku itu. Namun Bella terlebih dahulu tersungkur ke tanah. Saka yang melihat itu sontak berlari ke arah Bella.
"Kenapa bisa jatuh, sih?! Gak papa 'kan?" tanya Saka seraya membantu Bella berdiri, setelahnya Saka membereskan buku-buku yang berserakan.
"Saka, biar aku aja yang bawa bukunya." ucap Bella, Saka menggeleng, "biar gue aja. Lo gak papa 'kan?" tanya Saka dengan wajah soft nya. Bella mengerjabkan matanya lalu ia mengelus dadanya sendiri.
Jika seperti ini, bagaimana Bella bisa move on dari Saka? Please, Bella tidak mau baper! Bella akui Saka itu baik dan perhatian, tapi itu di lakukan ke semua orang yang berada di dekatnya.
"Kenapa elus dada gitu?" tanya Saka heran. Bella melotot, ia menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Sakaa ihhh!!"
"Apa?"
Bella menggeleng, Bella pikir Saka itu ... Ah! Sudahlah. Saka melihat ke bawah, memerhatikan lutut Bella yang sedikit memar.
"Lo bisa jalan 'kan? Lutut lo memar gitu, mau gendong?"
Mengangguk, Bella sedikit lagi akan mengangguk. Namun, Saka kembali berucap, dan itu membuat hati Bella merasa tersentil.
"Jangan baper, gue cuman becanda. Masa iya gendong lo terus gue bawa buku, 'kan ribet."
Bella menghembuskan nafas kasar. Ia berjalan dengan pelan dan Saka mengekor dari samping. "Sekarang kita langsung ke rumah sakit aja." kata Bella.
"Hm. Bell apa iya gue bisa sembuh?"
Bella mengernyit dengan pertanyaan yang di lontarkan Saka. Jika Saka berucap seperti itu, seakan dia merasa tidak punya harapan.
"Sakaa, kita gak tau takdir kita gimana, Tuhan udah nentuin 'kan? Kita gak tau kedepannya bakalan gimana. Seenggaknya kamu udah berusaha buat sembuh."
Saka menatap Bella, "kalau gue mati? Kalau gue gak bisa bertahan, gimana? Gue gak mau buat orang-orang yang ada di dekat gue sedih, terutama Violla. Dia saat ini masih jadi alasan utama gue hidup, Bella."
Bella tau, Saka hidup untuk Vio. Saka rela melakukan apapun untuk Vio, tapi ... kenapa Saka terlalu memikirkan kebahagiaan orang lain? Padahal Saka sendiri belum menemukan kebahagiaannya.
Saka ingin orang-orang bahagia, sedangkan dirinya yang menanggung semua sakitnya. Bella jadi ingin menangis saja jika Saka berkata soal kematian, seakan Saka itu sudah pasrah dengan takdirnya.
"Saka, Tuhan gak akan merubah takdir seseorang, sebelum orang itu mengubah takdirnya sendiri. Gitu 'kan?"
"Setiap 1 detik, 1 jam, 1 hari, 1 minggu bahkan 1 bulan, saat ini berharga bagi gue. Setiap satu detiknya umur gue mengurang. Maka dari itu sebelum terlambat, gue mau berkorban."
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Saka(Hiatus)
Teen Fiction"Saka, pulang sekolah kerjain pr aku." "Pulang sekolah? Gak bisa Vi, aku ada urusan." "Kamu gak boleh ada urusan dulu." *** [REVISI SETELAH TAMAT] Kisah Saka yang selalu sabar menghadapi keegoisan Violla, ketidakharmonisan keluarga dan kehidupan Sak...