J.K-5

2.4K 324 12
                                    

Typo
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hampir satu jam setelah kepergian Dr. Kang, Haruto terdiam duduk disamping kasur menggenggam tangan kanan Jennie yang dingin,sedang tangan kirinya diberi infus, hidungnya terpasang masker oksigen untuk membantu pernapasan Jennie. Haruto melihat wajah pucat yang masih setia terpejam itu.

Haruto masih memikirkan penjelasan Dr. Kang soal keadaan Jennie.

"Keadaannya tidak bisa dibilang baik2 saja, Panic atacknya kambuh dan sepertinya trauma nya datang lagi. Dan satu lagi, sepertinya ia juga tertekan. Dan itu semua secara bersamaan menyerang Jennie sehingga ia tak bisa mengontrolnya, syukurlah sebelum aku datang kau sudah memberi pertolongan pertama padanya, kalau tidak.. mungkin keadaannya akan lebih buruk dari ini seperti beberapa tahun yang lalu." Jelas Dr. Kang

"Apa noonaku akan baik2 saja paman?" Tanya Haruto lirih setelah mendengar penjelasan Dokter

"Tenanglah nak,, noona mu akan baik2 saja, biarlah ia beristirahat beberapa hari.  Lusa Aku akan kesini lagi untuk memeriksanya, pastikan ia makan tepat waktu." Dr. Kang menenangkan Haruto,

"Lalu bagaimana kalau mimpi itu datang lagi paman? Apa noonaku akan baik2 saja?" Tanyanya masih khawatir

"Untuk hal itu kau bisa mengantisipasinya dengan melakukan apa yang eomma mu lakukan dulu. Dan ini obatnya, aku sudah menuliskan jadwalnya. Jangan membuatnya tertekan, Aku percaya kau akan menjaga noonamu dengan baik, aku bangga padamu." Ucap Dr. Kang tersenyum teduh menenangkan Haruto

Dr. Kang sudah lama menjadi dokter pribadi keluarga Kim, ia bersahabat dengan almarhum tuan Kim. Semenjak kepergian Ny. Kim ia sudah jarang berkomunikasi dengan keluarga ini.

Tetapi tidak dengan Jennie dan Haruto, setidaknya 1 bulan atau 2 bulan sekali ia berkomunikasi dengan mereka, karena kesehatan Jennie yang masih harus di pantau. Ia sudah menganggap mereka seperti anaknya.

Dr. Kang tahu kalau mendiang sahabatnya itu mempunyai saudara, tetapi mereka tak berada dikota yang sama. Sudah pasti mereka akan jarang mengunjungi anak2 ini.

Ha~h

Entah sudah keberapa kalinya Haruto menghela nafasnya
"Sebenarnya apa yang terjadi noona? Apa yang mereka lakukan hingga trauma noona muncul?"

Haruto sudah bertanya pada ahjumma Lee, tetapi ahjumma Lee mengatakan kalau ia tak tau. Ahjumma Lee hanya mengatakan kalau ia mendengar suara teriakan Suho yang cukup keras saat menyebut nama Jennie.

Karena hal itulah ahjumma memberanikan dirinya melihat keruang keluarga, dan saat itulah ahjumma langsung menghampiri Jennie saat melihat keadaannya.

"Maafkan Haru eomma, Haru lalai menjaga noona." Haruto menundukkan kepalanya dengan air mata yang sudah mengalir,

Haruto bukan orang yang lemah kecuali tentang Jennie, ia tak mau kehilangan noonanya. Jennie adalah orang yang paling ia sayang, Jennie adalah pengganti eommanya.

Karena kelelahan Haruto tertidur dengan posisi menyandarkan kepalanya di headboard kasur Jennie.

Sedang didepan kamar Jennie ada seseorang yang melihat kejadian itu. Dia Hanbin, Hanbin tak tau apa yang terjadi, beberapa menit yang lalu ia baru pulang karena perasaannya tak enak. Anehnya ia selalu memikirkan tentang Jennie.

Saat sampai dirumah ia mendapati kedua hyungnya terdiam diruang tamu dengan ekspresi yang sulit diartikan, Hanbin pun bertanya dan dijawab seadanya. Tak terlalu ambil pusing Hanbin pun berjalan kelantai dua.

Dongsaeng (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang