J.K-20

2K 238 3
                                    

Typo
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sudah cantik kok." Jennie terkejut dan melihat adiknya yang tersenyum didekat pintu kamarnya

"Haru ih, ngagetin aja tau." Rengek Jennie

"Mian, noona sih terlalu sibuk ngeliat kaca, jadi nggak sadar deh Haru buka pintu."

"Haru udah siap?" Tanyanya diangguki Haruto

"Ne, kajja, appa dan eomma pasti sudah lama menunggu kita." Haruto menggandeng tangan Jennie dan membawanya keluar kamar dan menuruni tangga.

Sekarang hari minggu jam baru menunjukkan pukul 7 pagi, tetapi Jennie dan Haruto sudah rapi dan bersiap pergi, mereka berdua berencana pergi kemakam kedua orangtua mereka.

Sesampainya dibawah mereka langsung menuju meja makan, hanya ada ahjumma dan Minju yang menyiapkan makanan diatas meja. Sekitar 20 menit mereka menyelesaikan sarapan dan bersiap pergi, saat akan keluar area dapur mereka berpapasan dengan Suho yang masih memakai piyama tidurnya.

"Kalian akan pergi?" Tanyanya lembut, ia berusaha untuk tak mengeluarkan suara tegasnya lagi jika berbicara dengan adik2nya.

"Ne." Jawab singkat Haruto
"Kemana? Apa ada kegiatan di sekolah?" Meski ia tau Haruto tak nyaman dengan pertanyaan itu, ia berusaha tenang, Suho hanya berusaha mendekati adik2nya dengan menanyakan kegiatan mereka. Semoga saja ini tak salah. Batinnya

"Aniya, kami ingin mengunjungi appa dan eomma saja, kami pergi dulu, annyeong." Meski terkesan dingin Haruto tetap membungkuk begitu pula dengan Jennie yang hanya diam sedari tadi, lalu meninggalkan dapur untuk segera berangkat.

Lagi-lagi Suho menghela nafasnya. "Tenanglah Suho, ini tak seberapa dibanding dengan apa yang adikmu alami selama ini." Gumamnya lalu berjalan menuju meja makan untuk sarapan.

Jalanan cukup macet pagi ini, karena hari minggu mungkin, jadi banyak orang memilih jalan atau pergi kewahana bermain bersama keluarga mereka. Oleh karena itu mereka menghabiskan waktu hampir 3 jam diperjalanan.

Dipemakamanpun cukup ramai orang datang melayat, tak heran, karena waktu libur adalah waktu yang tepat mengunjungi mereka yang telah tiada.

Mereka duduk diantara makam kedua orang yang sangat dirindukan, meletakkan bunga yang mereka beli, Bunga lily Putih.

Bunga ini dilambangkan sebagai lambang kesucian, kemurnian, ketulusan, kemuliaan, pengabdian juga persahabatan. Salah satu bunga kesukaan eomma mereka.

"Annyeong eomma, appa, apa kabar kalian? Mian kami baru bisa berkunjung hari ini." Ucap Haruto menatap makam kedua orangtuanya.

Matanya memerah, tak dapat dipungkiri, ia sangat merindukan kedua orang tuanya. Ia juga masih butuh sosok orang tua, terkadang ia iri melihat teman2nya yang kadang diantar atau dijemput orang tua mereka jika kesekolah dulu. Tapi itu tak membuatnya terlalu larut dalam kesedihan, karena masih ada Jennie disampingnya, orang yang menggantikan sosok ibu baginya, meski ia tau noonanya itu tak jauh berbeda darinya, bahkan Jennie lebih membutuhkan semangat dan perlindungannya karena semua orang membenci noonanya yang tak bersalah.

Jennie yang menyadari kesedihan adiknya itu langsung memeluk dan mengelus punggungnya.
"Gwenchana, jangan ditahan, Haru tak akan menjadi cengeng hanya karena menangis." Suara lembut itu membuat Haruto tak bisa menahan tangisnya, ia membalas pelukan Jennie dan menangis menyalurkan rasa rindu pada kedua orangtuanya lewat pelukan hangat Jennie.

Tak jauh berbeda dengan Haruto, Jennie pun juga menangis, ini bukan hal yang mudah bagi mereka yang harus kehilangan kedua orangtua di usia yang terbilang sangat muda saat itu.

Dongsaeng (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang