one night

738 42 68
                                    

1 hari sebelumnya.

Malam itu Ye Jin  sulit tidur.  merasa otaknya bisa menghancurkan dirinya sendiri setiap kali ia memikirkan maslah rumah dan perkataan ayahnya Hae In saat tadi mereka bertemu.

"Ye Jin, Hae In memang tidak punya banyak pencapaian dan hanya menyusahkanmu saja. Tapi aku mengerti kenapa dia sangat ingin membeli rumah sendiri, ia tidak harus berpindah-pindah tampa keamanan yang jelas. Paman harap kau bisa mengerti."

Ye Jin berbaring di tempat tidur sambil memandangi langit-langit  bayangan tawaran Hyun Bin melintas di benaknya. Perkataan Hyun Bin yang menurunkan harga jual rumahnya merupakan solusi untuk masalah ini. Tapi tunggu,

Apakah dia melakukan kesalahan jika menerima tawaran Hyun Bin?.

Apakah tawaran Hyun Bin merupakan jalan terbaik saat ini?.

Ye Jin membeku saat implikasinya meresep. "Ini hanya membeli kencan, aku hanya ingin membantu  Hae In."

Ye Jin duduk tegak. Jantungnya ber dentum-dentum. "Tapi pakah ini bisa dibilang sebuah penghianatan?."

Apakah ia akan terbakar jika apinya terus membesar?.

Ye Jin merangkak turun dari tempat tidur pada pukul sepuluh dan berjalan terhuyung-huyung mengikuti aroma kopi di dapur. Sambil menyesep kopinya, pikirannya masih berperang di otak. Perenungan selama berjam-jam akhirnya membuahkan keputusan.

*
*
*

Ye Jin melebarkan pandangannya kesekeliling. Ia menaikan kerah jaketnya. Bersembunyi dibalik kaca mata hitam dan sebuah topi bisbol.

"Ye Jin ssi."

Ye Jin berbalik kearah suara yang memanggil namanya.

Mata Hyun Bin menyipit. Ada rasa jahil terbit di dalam dirinya. Ia memasukan tangannya kedalam saku celana.

"Kau Ye Jin ssi?. Atau...ah...maaf aku salah orang. Per...."

"Ini aku." Kata Ye Jin sambil menurunkan kaca matanya. Hyun Bin tersenyum jahil.

"Kau ingin bertemu dengan ku atau sedang transaksi narkoba?."

"Jawaban ku ada di pilihan nomor satu." Jawab Ye Jin ketus sambil menaikan kembali kacamatanya.

Hyun Bin mendengus geli. Ia bergerak mendekati wanita itu.
"Ada apa?."

"Aku menerima nya."

Hyun Bin memeringkan kepala dan  mengangkat alis.
"Tentang apa?."

Ye Jin menoleh, ekspresinya  tertutup kacamata hitam.
"Syaratmu untuk diskon delapan juta itu."

Hyun Bin bersidekap, menyungging senyum samar. Dia mengembus napas pelan, mengendalikan riak riang di hatinya. "Oke. Aku yang pilih lokasi, kau yang menentukan waktunya." Kata Hyun Bin, ia menaikan satu alisnya.

"Hari sabtu." Ye Jin cepat, ia  bergegas pergi setelah mengucapkannya.

😖
😖
😖
😖
😖
😖
😖

Suara notif terdengar saat Ye Jin tengah bersiap-siap. Ia mengambil ponselnya segera dan membuka pesannya.

"Apa kau sudah pergi?. Kalau belum, aku akan mengantarmu ke subway."


"Aku sudah sampai di subway."

Ia meletakkan kembali ponselnya. Ia menarik napas berat, seolah-olah dadanya di himpit beberapa batu. Ia tahu ia salah telah berbohong pada Hae In karena pamit akan pulang ke Daegu mengunjungi ibunya.

When Bin Meets Jin (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang