Hati Membeku

689 67 8
                                    

"Aleez!" teriak Narendra kesal sudah mengangkat tangan, siap melayangkan tamparan ke wajah putrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aleez!" teriak Narendra kesal sudah mengangkat tangan, siap melayangkan tamparan ke wajah putrinya. Namun, Veronica sigap menahan.

"Ayah, tenang," ujar Veronica menangis terisak sambil mengelus dada Narendra.

Amarah Narendra diluapkan sesampainya di rumah apalagi Aleez selalu membantahnya.

"Apa Aleez enggak bisa seperti teman-teman lainnya, Yah? Main, punya banyak teman, dan mereka bisa memilih jalan hidupnya sendiri!" bantah Aleez bersuara tinggi sambil menangis sesenggukan.

Aleez sudah gelap mata, hatinya membeku, tak ada lagi perasaan kasihan kepada orang tuanya. 

"Karena orang tua mereka enggak bisa mendidik dan tidak punya aturan di keluarganya!"

"Ayah selalu mengatur Aleez untuk ini, itu, sesuai keinginan Ayah. Tapi, apa pernah Ayah mendengar kemauan Aleez!"

"Karena Ayah tahu apa yang kamu mau!"

"Ayah enggak tahu!"

"Kamu udah berani membantah Ayah, Aleez!"

"Karena Aleez cape, Yah! Selalu terkekang dengan semua aturan yang Ayah buat!"

"Kalau kamu sudah tidak mau mengikuti aturan di rumah ini, jangan tinggal di sini! Di jalanan saja sana! Kamu bisa bebas!"

"Baik kalau itu mau Ayah!"

Tanpa pikir panjang Aleez keluar dari rumah. Narendra bergeming, dia shock. Bukan itu yang Narendra inginkan. Sebenarnya dia hanya mengancam, tetapi Aleez salah paham. Putrinya menganggap itu serius.

"Aleez!" Veronica menangis histeris mengejar Aleez yang berlari.

Di luar hujan deras, guntur bergemuruh, dan cahaya dari langit berkilat. Veronica kalang kabut, dia bingung. Akhirnya Veronica kembali masuk ke rumah.

"Ayah, ayo kita kejar Aleez." Veronica menarik tangan Narendra.

Namun, suaminya masih terpaku dan kedua matanya berkaca-kaca. Menyesal, sudah pasti! Narendra memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sakit dan sesak napas.

"Ayaaaah!" pekik Veronica sambil menangis dan menahan tubuh Narendra yang melorot ke lantai. "Bi Sari!" pekik Veronica, air matanya mengalir deras.

"Iya, Bu!" sahut Bi Sari buru-buru mendekat lalu membantu Veronica memapah Narendra ke kamar mereka.

Di trotoar, air mata Aleez tersamarkan dengan hujan yang deras. Entahlah, langkahnya tak memiliki tujuan. Dia juga tidak punya teman untuk dimintai tolong. Selama ini temannya hanya Fitria, tetapi Aleez sungkan meminta bantuannya.

Sampai di salah satu kafe, Aleez menyipitkan mata. Dia melihat mobil Rico baru saja masuk ke pelataran kafe itu. Perasaan Aleez sedikit tenang karena Rico selama ini dianggap malaikat pelindungnya, apalagi kondisinya sedang kalut dan sulit. Aleez berlari menghampiri. Saat sudah di belakang mobil Rico, matanya membulat sempurna.

Bad Love (Ketika Aku Tak Lagi Percaya Dengan Cinta) KOMPLITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang