Terpisahkan

523 75 37
                                    

Di kamar yang luas, memiliki fasilitas lengkap, bagaikan kamar raja, Elvan membuka mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kamar yang luas, memiliki fasilitas lengkap, bagaikan kamar raja, Elvan membuka mata. Dia mengerang sambil memegangi kepala. Semalaman dia tak sadarkan diri, begitu membuka mata dia berada di kamar rumah mewah.

Elvan turun dari tempat tidur, dia teringat kejadian semalam. Pertama yang dia pikirkan adalah Aleez.

"Damn shit!" umpat Elvan langsung berlari ke pintu.

Namun, pintu yang tinggi itu terkunci. Elvan berulang kali menarik knopnya, sayang sekali tak dapat dibuka. Elvan menuju jendela, ternyata jendelanya digembok dari luar. Marcel memenjarakannya di kamar itu.

"Woi! Siapa pun yang di luar, buka pintunya!" teriak Elvan menggedor-gedor pintu kuat, tetapi tak ada yang menyahut.

Dari ruang kerjanya, Marcel tersenyum sinis. Dia melihat dari CCTV, memerhatikan tingkah kalang kabut Elvan.

"Woi, anjing semua kalian! Bangsat! Buka pintunya!" pekik Elvan menendang pintu kasar.

"Tuan, bagaimana selanjutnya?" tanya Leo yang berdiri di sebelah meja kerja Marcel.

"Atur pertemuan saya dengan gadis itu siang nanti," ujar Marcel merencanakan semua ini dengan matang.

"Baik," ucap Leo lalu mengatur semuanya.

Marcel masih setia melihat layar datang di ruangannya. Di kamar itu Elvan ngamuk, dia melempar kaca dengan vas bunga. Tak peduli barang-barang itu mahal, Elvan menghancurkan semuanya. Sambil berteriak frustrasi, Elvan berusaha keluar dari tempat itu.

***

Semalaman Bella menemani Aleez di apartemen. Mereka duduk saling berhadapan di ruang makan. Perasaan Aleez cemas karena Elvan tak dapat dihubungi bahkan dia tak pulang.

"Sudah, Leez. Pasti dia pulang. Ini makan dulu," ujar Bella memberikan roti yang sudah diolesi selai.

Bella memakai baju Aleez karena semalam dress-nya bahas. Dia ingin memastikan sesuatu, hal yang mengusik pikirannya.

"Makasih, ya, Bel," ucap Aleez Lalu mengangkat rotinya dan menggigit sedikit demi sedikit.

"Leez, boleh gue tanya sesuatu?"

"Boleh. Tanya saja."

"Lo pacaran sama Elvan, kan?"

Aleez tertegun dan tak menjawab, tetapi Bella menduga seperti itu.

"Gue kenal Elvan sudah lama, sejak kami SMA. Setahu gue, Elvan enggak punya saudara. Makanya, pas dia bilang lo adiknya, gue enggak langsung percaya gitu aja."

"Hm," sahut Aleez singkat, dia masih kepikiran Elvan.

Bagaimana keadaannya sekarang? Kenapa dia tidak pulang? Kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi? Semua itu terus berputar di otak Aleez.

"Papanya Elvan itu keras, Leez. Sejak SMA sudah menjadi rahasia umum kalau Elvan ini selalu diatur papanya, dia jadi anak pembangkang karena tidak mau terkekang. Jujur, gue suka dia," ucap Bella langsung mendapat tatapan sinis Aleez. "Eits, tenang dulu." Bella langsung menahan tangannya di depan dada. "Kami enggak pernah punya hubungan lebih dari teman dan sama sekali enggak pernah melakukan apa pun. Yang lo lihat waktu itu karena kami terbawa suasana aja. Biarpun Elvan bad boy, tapi dia bukan play boy. Setahu gue, dia tipe cowok yang setia. Satu cewek, ya, sudah, dia akan setia. Emang Kyra aja yang kurang ajar."

Bad Love (Ketika Aku Tak Lagi Percaya Dengan Cinta) KOMPLITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang