Memisahkan Elvan dan Aleez ternyata bukan ide yang bagus. Mengurung Elvan justru membuatnya tak terkontrol. Benda yang mudah pecah di kamar itu semua sudah tak berbentuk. Tangan Elvan berlumur darah, penampilannya acak-acakan, dia seperti orang tak waras.
"Lo lagi apa sekarang, Leez? Pasti lo nungguin gue, ya?"
Air mata Elvan terus mengalir. Dalam otaknya hanya ada Aleez. Mau menghubunginya? Dengan apa? Semua telepon di ruangan itu diputus Marcel. Ponselnya pun entah di mana.
Elvan berjalan gontai ke pintu, sudah dua hari dia tidak makan, padahal pelayan selalu membawakannya makan tiga kali sehari.
Di ruang perawatan, Aleez menangis sesenggukan. Apakah dia bisa melewati ini sendiri?
"Leez, lo enggak usah takut. Gue akan selalu nemenin lo," ucap Fitria menggenggam tangan Aleez.
Seperti tak ada habisnya air mata Aleez selalu menetes. Apakah ini ujung kisahnya bersama Elvan? Belum sempat memulai, tetapi sudah pupus.
"Sebenarnya apa yang gue sedang alami sekarang, Fit? Gue sepeti patah arah."
Fitria ikut menangis, lalu dia memeluk Aleez.
"Lo jangan ngomong gitu, Leez. Ada harapan kecil saat ini yang ingin melihat dunia."
Bukannya berhenti menangis, Aleez semakin terisak. Dia mengelus perutnya.
"Gue bingung, Fit, harus gue apain janin ini? Apa gue gugurin aja?"
"Jangan, Sayang." Suara itu bergetar dan sangat lembut.
Aleez langsung menoleh ke sumber suara. Air matanya membanjiri wajahnya yang kuyu.
"I-i-bu?" ucap Aleez terkejut dan menunduk takut.
Sambil terisak-isak Veronica mendekat lalu memeluk Aleez.
"Maaf," ucap Aleez dalam pelukan Veronica.
Fitria menatap Ardi yang masih berdiri di ambang pintu. Ardi mengangguk, mengisyaratkan bahwa dia sudah menjelaskan semuanya kepada Veronica.
"Maafin, Aleez, Bu." Tangis Aleez semakin keras.
Rasa bersalah, takut, malu, dan tak percaya diri bercampur menjadi satu. Namun, Veronica tetap memeluknya, dia ingin menenagkan Aleez. Saking lelahnya menangis, suara tangis Aleez semakin lemah. Lama-lama dia tertidur di pelukan Veronica.
Menyadari Aleez sudah tak bersuara lagi, Veronica perlahan membaringkannya. Dia mengelap wajah Aleez yang kacau, penuh air mata. Veronica memeluknya, menciumnya, bahkan dia menyingkirkan rambut Aleez yang berantakan menutupi wajah.
"Ibu sayang sama kamu, Nak. Apa pun kondisi kamu, Ibu siap menerimanya," ucap Veronica lapang dada.
Itulah ibu, seburuk apa pun anaknya, selalu bisa memaafkan dan masih menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Love (Ketika Aku Tak Lagi Percaya Dengan Cinta) KOMPLIT
Ficção AdolescenteDaniella Aleeza, gadis SMA yang cantik dan lugu, berasal dari keluarga sederhana, terjerumus pergaulan yang salah. Dia berubah 180° setelah mengenal Rico Arven Arion, remaja favorit di sekolah elit dan dari keluarga kaya raya. Rico terkenal play boy...