Harusnya menjadi hari bahagia untuk Aleez. Orang tuanya datang memberinya selamat atas kelulusan dengan nilai tertinggi seangkatan. Sebagai orang tua harusnya Veronica dan Narendra bangga kepada putri mereka satu-satunya.
"Leez, ibu sama ayah lo enggak datang?" tanya Fitria menghampiri Aleez yang duduk sendiri di depan gedung serba guna.
"Enggak," jawab Aleez menoleh sambil tersenyum kecut.
"Loh, terus siapa nanti yang jadi wali lo?"
"Gampahlah itu!"
"Leez, sebenarnya lo kenapa sih?"
"Enggak apa-apa, Fit."
"Lo itu enggak kayak dulu. Sekarang gue perhatiin lo kayak menutup diri gitu. Lo juga sekarang enggak mau cerita-cerita sama gue kayak dulu lagi. Ada yang lo tutupi?"
Aleez hanya tersenyum tipis. Wajar tidak sih, kalau Aleez berubah menjadi sosok insecure? Pengalaman yang menyakitkan dan mengecewakan itu membuatnya malu kepada orang tuanya karena sudah mengecewakan mereka. Dia takut dimarahi.
"Ya sudah kalau lo belum mau cerita. Tapi kalau lo suatu saat butuh teman curhat, gue siap kok, kapan pun," ujar Fitria dengan senyum lebar.
"Makasih, ya?"
"Kita masuk yuk! Udah mau mulai acaranya."
Tadi pagi saat Aleez bangun, Elvan tidak ada di apartemen. Hanya saja dia sudah menyiapkan kebaya perpisahan untuk dikenakan Aleez hari ini. Entahlah ke mana Elvan, ditelepon pun hanya mengatakan jika hari ini dia sibuk.
Aleez celingukan duduk sendiri di tengah ratusan siswa dan orang tua. Hatinya terusik setiap melihat teman-temannya didampingi orang tua mereka. Ada rasa iri juga bercampur kesal, kecewa pada diri sendiri. Andai saja dia tidak melakukan kesalahan, mungkin hari ini dia bahagia didampingi Veronica dan Narendra.
Seorang MC dari salah satu guru membuka acara dengan doa singkat, lanjut lagu perpisahan dan pidato kepala sekolah. Tibalah waktunya memberikan penghargaan untuk siswa berprestasi.
"Saya bangga kepada siswi ini. Dia gadis yang pintar dan rajin belajar. Nilai ujian nasionalnya nyaris sempurna, dengan jumlah 379,00. Bahasa Indonesia dengan nilai 90,0, bahasa Inggris 94,0, matematika 97,5, dan kimia 97,5. Silakan atas nama Daniella Aleeza dari dua belas IPS naik ke podium."
Tepuk tangan bergemuruh menguasai tempat itu. Meski bibir tersenyum, hatinya merasa hampa. Aleez naik ke podium sendiri.
"Aleez, ke mana orang tuamu?" tanya Guntur sebagai MC.
"Orang tua saya sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, Pak," dusta Aleez tetap menjaga nama baik orang tuanya.
"Wali yang hadir siapa?" tanya guru lain yang membawa penampan berisi plakat dan sertifikat.
Aleez bingung, dia celingukan.
"Maaf, Pak, Bu! Saya terlambat."
Semua orang memandang ke arah pintu. Pria muda yang tampan mengenakan kemeja putih tanpa dasi dibalut blazer hitam dan jeans hitam, tatanan rambut klimis bak pengusaha muda masuk ke ruang itu dan langsung naik ke podium. Wanita-wanita di sana memandangnya sampai tak berkedip. Mengagumi bahkan memuji ketampanannya. Rico yang melihat hal itu hanya tersenyum remeh.
"Anda ini siapa?" tanya Guntur setelah Elvan berdiri di sebelah Aleez.
"Saya kakaknya," jawab Elvan tersenyum dan menoleh kepada Aleez.
Entahlah, setiap Elvan mengatakan dia kakak Aleez, ada yang tak terima dalam dada Aleez. Ingin protes, tetapi sulit dikeluarkan.
Setelah memberikan plakat dan sertifikat sebagai penghargaan, mereka turun. Aleez duduk kembali ke kursinya, kini Elvan mendampingi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Love (Ketika Aku Tak Lagi Percaya Dengan Cinta) KOMPLIT
Ficção AdolescenteDaniella Aleeza, gadis SMA yang cantik dan lugu, berasal dari keluarga sederhana, terjerumus pergaulan yang salah. Dia berubah 180° setelah mengenal Rico Arven Arion, remaja favorit di sekolah elit dan dari keluarga kaya raya. Rico terkenal play boy...