Bulu mata lentik itu bergerak, matanya mengejap. Setelah kesadarannya penuh, dia membuka mata lebar. Tangannya menggapai ke samping, kosong. Aleez menyapu pandangannya.
Ke mana Elvan? batinnya mengernyit.
Beberapa hari belakangan ini Aleez bangun kesiangan. Dia merasa letih, kadang malas. Sudah tiga hari dia tak enak badan, tetapi Aleez diam. Dia tak mau merepotkan Elvan. Dia menahannya, paling Aleez membuat minuman hangat seperti jahe agar tubuhnya sedikit nyaman.
Setelah berkeliling apartemen mencari Elvan tak ada, Aleez menggapai ponselnya di nakas dan langsung menelepon Elvan.
"Lo di mana sih?" sungut Aleez kesal karena bangun tidur Elvan tak ada.
"Bikin tato."
"Hah! Sepagi ini?"
"Iya, temen gue bisanya pagi. Lo baru bangun, ya?"
"Iya."
"Nyusul sini gih!"
"Ke mana?"
"Lantai lima. Kamar nomor 42."
Setelah itu sambungan telepon dimatikan. Aleez mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu dia menyusul Elvan. Sampai di depan pintu nomor 42, Aleez menelepon lagi.
"Gue udah di depan."
"Masuk aja, Aleez."
Setelah itu Aleez membuka pintu. Apartemennya banyak alat tato dan botol minuman mahal untuk pajangan di ruang tamu. Aleez mencari Elvan, dia sedang duduk menghadap ke belakang, seorang pria bertubuh kekar, sekujur tubuh bertato, tindikan di hidung dan pelipis, sedang memegang alat tato, berdiri di sebelah Elvan.
"Hai," sapa Elvan mengulurkan tangannya.
Aleez menggenggam tangan Elvan, dia mengerutkan dahi.
"Lo tatoan lagi?"
"Huum. Lihat saja," kata Elvan tersenyum lebar.
Aleez melihat punggung Elvan lalu mengeja tulisan di punggung itu, "I never wish to be parted from you from this day on."
"Buat lo," sahut Elvan selesai Aleez membacanya.
Haruskah dia senang atau marah? Namun, Aleez terkesima dengan tindakan Elvan itu.
"Kenapa sih nambah tato?" tanya Aleez sedikit kesal karena tubuh Elvan sudah kebanyakan tato.
Walau tidak sekujur tubuh dipenuhi tato, tetapi ada di beberapa titik yang terlihat jelas. Perut, bahu, lengan, dan sekarang punggung.
"Pengin aja," jawab Elvan sembari memakai kausnya.
Tiba-tiba pandangan Aleez mengabur dan banyak kunang-kunang. Tubuhnya terhuyung ke belakang.
"Aleez!" pekik Elvan sigap menopangnya yang hampir terjatuh. "Lo kenapa?"
"Enggak tahu nih. Gue tiba-tiba pusing," jawab Aleez memegangi kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Love (Ketika Aku Tak Lagi Percaya Dengan Cinta) KOMPLIT
Teen FictionDaniella Aleeza, gadis SMA yang cantik dan lugu, berasal dari keluarga sederhana, terjerumus pergaulan yang salah. Dia berubah 180° setelah mengenal Rico Arven Arion, remaja favorit di sekolah elit dan dari keluarga kaya raya. Rico terkenal play boy...