Tersayat

635 63 14
                                    

Kesehatan Narendra membaik, dia dan Veronica masih berusaha mencari keberadaan Aleez. Namun, setiap Aleez ditemui, pasti dia menghindar dan kabur. Setiap hari pembahasan mereka tak luput tentang Aleez. Sarapan kali ini pun Narendra masih membahas Aleez.

"Bu, apa yang harus kita lakukan?" ujar Narendra sedih karena putrinya tak mau lagi menemui mereka.

Tak kalah sedihnya, Veronica beberapa kali menghubungi pihak sekolah supaya membantunya. Sayang, Aleez yang keras kepala dan tetap pada pendiriannya.

"Yah, semakin kita berusaha mendekat, Aleez justru menghindar. Lebih baik, kita biarkan dulu supaya dia tidak semakin menjauhi kita."

"Tapi, gimana dia dapat uang untuk biaya hidup, Bu? Dia tinggal di mana?"

Memikirkan Aleez, semakin membuat pikiran Veronica kalut. Dia mengelus keningnya.

"Ibu juga enggak tahu, Yah. Tapi Ibu tanya Fitria, teman yang sering main ke sini, Ayah ingat?"

"Iya, Ayah ingat, Bu. Apa katanya?"

"Katanya Aleez tinggal di apartemen dengan kakaknya. Perasaan saudara kita enggak ada yang di sini, semua di luar kota."

"Orang yang tinggal sama Aleez cewek atau cowok, Bu?"

"Cewek, Yah."

Sebenarnya Veronica tahu jika yang tinggal bersama Aleez itu seorang pria, itupun dia dapat informasi dari Fitria. Namun, Veronica ingin menjaga kesehatan Narendra. Sampai detik ini Veronica tidak tahu apartemen mana tempat tinggal mereka bahkan pria yang bersama Aleez, bagaimana rupanya, sifatnya. Sesak dada Veronica setelah mengetahui putrinya sekarang menjadi liar dan seperti tak punya aturan hidup.

"Semoga dia selalu sehat," ucap Narendra menghela napas dalam.

Veronica hanya tersenyum dan mengelus lengan Narendra supaya perasaannya tenang.

***

Satu bulan lagi Aleez akan menghadapi ujian. Elvan benar-benar mengawasinya ketat, dari belajar sampai pergaulannya. Sejauh ini keadaan masih aman, hanya saja Rico dan beberapa orang di sekolah masih mem-bully Aleez.

Setiap mental Aleez down, Elvan yang membangkitkan lagi semangatnya. Meyakinkan jika Aleez akan baik-baik saja selama ada dia. Bahkan ketika dia merasa terpojok karena bully-an teman-temannya, Elvan yang sigap membela.

"Lo hati-hati, ya?" ujar Aleez setelah melepas helmnya.

"Iya. Ingat, sebelum gue jemput, lo tetap harus di dalam sekolah. Ngerti?"

"Eh, enggak usah jemput deh. Soalnya gue mau langsung ke kafe."

Sudah seminggu Aleez berkerja part time. Sebenarnya Elvan tak mengizinkan, tetapi Aleez bersikukuh ingin tetap bekerja.

"Ya sudah," ucap Elvan lalu meminta helm Aleez. "Belajar yang benar."

"Iya. Daaaaah." Aleez melambaikan tangan dan dibalas Elvan.

Setelah itu Aleez masuk dan Elvan menarik gasnya. Sampai di kampus, Elvan disambut Bella yang kebetulan juga baru sampai parkiran. Bella menghampiri Elvan, dia menarik perhatian pria tampan itu. Namun, Elvan tak terlalu mempedulikan Bella.

"Bel, gue duluan, ya? Mau nyerahin tugas," ujar Elvan buru-buru lari tanpa menunggu jawaban Bella.

Sudah biasa bagi Bella diperlakukan Elvan seperti itu. Sejak putus dari Kyra, kekasih yang mengkhianatinya, Elvan seperti menjaga jarak dengan semua wanita. Padahal Bella sudah berusaha sabar menunggu Elvan, setiap ada kesempatan, Bella mengisi celah itu untuk dekati Elvan.

Bad Love (Ketika Aku Tak Lagi Percaya Dengan Cinta) KOMPLITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang