1 - Pertemuan

5.2K 429 49
                                    

Harry Potter by JK Rowling.
The Heir and Heiress of Hogwarts by Dragonreins

***

Anak kecil itu berlari kencang tanpa menoleh ke belakang. Kakinya semakin cepat melangkah kala suara teriakan menyebutkan namanya. Mata hijau di balik kacamata bulat itu berembun. Anak kecil itu terus melangkah ke dalam hutan, tak mengacuhkan fakta bahwa ia sama sekali tidak tahu ke mana ia pergi. Kemeja kebesaran yang ia pakai sama sekali tak dapat melindungi tubuh kecil nan ringkih itu dari goresan ranting-ranting semak.

Langkah anak itu terhenti ketika kaki kanannya tersandung akar pohon. Ia jatuh tersungkur. Mencoba bangkit, ia memaksakan tubuhnya untuk berdiri, walaupun jatuh berulang kali. Air matanya jatuh bersamaan dengan isakan kecil.

"Mum, Dad, aku ingin ikut kalian," lirihnya. Suara isakannya terdengar memenuhi hutan. Hewan-hewan memandang dengan kilat sendu di mata mereka, seakan mereka tahu penderitaan bocah kecil itu.

Seekor rusa jantan perlahan mendekat, diikuti rusa betina di belakangnya. Rusa jantan itu berdiri tepat di samping sang anak yang masih terisak dalam keadaan tengkurap. Sementara si rusa betina mengendus dan menjilat rambut cokelat berantakan si anak sebelum menekuk kakinya dan berbaring di samping sang anak.

Tak lama hingga sebuah suara 'plop' terdengar.

"Master Harry?"

Harry mendongak. Jejak air mata masih tampak di pipinya yang tirus. Mata hijaunya melebar melihat sosok makhluk aneh yang menatapnya dengan mata yang melebar terkejut. Sepasang telinga besar seperti kelelawar, sepasang mata sebesar bola tenis, dan tubuhnya yang dilapisi serbet makan dengan bordiran huruf P besar di bagian dada kiri tak cukup mendeskripsikan penampilan aneh makhluk ini.

"Siapa kau? Bagaimana kau bisa tahu namaku?" Suara Harry parau ketika ia bertanya.

Mata sosok itu berbinar terang. Ia melompat-lompat bahagia. "Lizy benar. Lizy berhasil menemukan Master Harry!"

Harry menatap sosok itu aneh. "Bagaimana kau bisa tahu namaku?"

"Lizy adalah peri rumah keluarga Potter, Master Harry. Miss Samarys meminta saya untuk menemukan Master Harry."

"Peri rumah? Samarys?"

Lizy mengerjapkan matanya bingung. Sesaat kemudian ekspresinya berubah geram. "Muggle jahat! Mereka berani menyiksa Master Harry!" Peri rumah itu menghampiri Harry dan mengulurkan tangannya. "Master Harry harus ikut Lizy. Miss Samarys sudah menunggu Master."

Mata hijau Harry menatap mata Lizy lekat. Setelah memastikan peri rumah itu dapat dipercaya, ia menggenggam tangannya. "Ya."

Lizy membungkuk sekilas kepada sepasang rusa itu sebelum ia membawa Harry pergi. Para hewan kembali beraktivitas. Tupai-tupai melompat ke sarang. Burung-burung kembali berkicau. Rusa jantan mendongak, menatap langit biru yang membentang. Si rusa betina mendekat dan menyundul leher sang rusa jantan. Sepasang rusa itu berjalan dan hilang di kedalaman hutan.

***

Harry tersentak ketika ia berpindah tempat. Perutnya serasa diaduk-aduk dan ia muntah di tempat. Lizy menatapnya bersalah.

"Maafkan Lizy, Master Harry!" Air mata nyaris jatuh dari mata si peri rumah.

Harry mengusap mulutnya dengan lengan kemeja. "Tidak apa-apa, Lizy."

"Master Harry, ayo masuk! Miss Samarys sudah menunggu Master."

Harry terpana melihat kemegahan Potter Manor; dinding tinggi putih berhiaskan sulur-sulur hijau, dua menara di sisi timur dan barat berwarna merah yang menambah kemegahan, serta warna perak dan emas yang menghiasi tiap bingkai jendela.

Lizy masuk terlebih dahulu, memandu Harry yang masih terkagum-kagum. Harry tersentak ketika sebuah suara bergaung di aula manor itu.

"Harry!"

Harry tersentak ketika tubuhnya dipeluk erat. Tiba-tiba saja air matanya mengalir, dan ia kembali terisak. Seakan-akan, ia menginginkan ini begitu lama. Ia refleks membalas pelukan itu.

Pelukan keduanya terlepas. Harry bisa melihat sepasang mata hijau yang begitu mirip dengan miliknya, wajah cantik yang terlihat manis, dan rambut cokelat seperti miliknya itu tergerai bebas.

"Aku selalu ingin bertemu denganmu."

Ibu jari Harry menghapus air mata sang gadis. Mata hijau miliknya terlihat berbinar. "Jangan menangis, aku tidak suka. Kau pasti Samarys, kan?"

Gadis itu tersenyum manis. "Ya! Kau mengenaliku?"

Harry menatap Lizy yang menatap mereka dengan nata berkaca-kaca. "Lizy yang memberitahuku."

Gadis itu menatap Lizy. "Terima kasih, Lizy, kau bisa pergi."

Lizy mengangguk-angguk semangat. "Iya, Miss." Setelahnya, peri rumah itu menghilang.

"Jadi, Samarys, aku—"

"Panggil aku Rys!"

Harry menggaruk lehernya. "Errr, baiklah."

Rys tersenyum begitu senang, tetapi itu tak berlangsung lama sebelum ekspresinya menggelap. Tangannya terulur, mengusap leher Harry.

"Dursley yang melakukan ini padamu?" geramnya.

Harry tersentak. Ia memalingkan wajah. "Ya."

Rys menghela napas sedih. Ia membelai gurat luka berwarna merah di leher Harry. Mulutnya membisikkan mantra penyembuh dan luka itu seketika menghilang. Harry menatapnya horor.

Rys tersenyum. "Aku tahu apa yang kau pikirkan, Harry."

"Sebenarnya apa kau itu?" Harry bertanya ketakutan.

"Aku penyihir, begitu juga denganmu."

"Tidak! Penyihir itu tidak ada!"

Rys menatap Harry sedih. "Harry, kau bisa melakukan sihir tanpa sadar, kan?"

Harry semakin ketakutan. Ia melangkah mundur. "Ya, walaupun begitu, aku ini hanya orang aneh. Sihir itu tidak ada!"

Rys semakin tertekan. Mata hijaunya semakin berkaca-kaca. Harry sendiri semakin jauh darinya. Kebersamaan mereka beberapa saat yang lalu seakan hanya khayalan semata.

"Harry," panggil Rys lirih.

Harry semakin mundur. Ia menggeleng-gelengkan kepala takut. Tak lama kemudian, sepasang lengan memeluknya dari belakang.

Rys tersentak. "Granpa Salazar?"



Bersambung.

.
.
.

Hallo, senang bertemu dengan kalian lagi. Sekarang aku bawa ff baru di fandom Harry Potter. Semoga kalian suka. Maaf bila ada kesalahan penulisan, karena ini adalah ff pertamaku di fandom ini.

17 Oktober 2020

Reins

The Heir and Heiress of HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang